Mengungkap Potensi Pertumbuhan Inklusif Indonesia

Highlights

• Kontraksi Sektor Manufaktur: Kontraksi sektor manufaktur Indonesia terus berlanjut, ditandai dengan penurunan PMI ke 48.9 pada bulan Agustus, menandakan tantangan sistemik, termasuk meningkatnya biaya input, depresiasi rupiah, dan berkurangnya pesanan ekspor, yang secara kolektif mengancam stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.

 

• Kelas Menengah yang Tertekan dan Permintaan Konsumen yang Melemah: Meskipun inflasi mereda ke 2.12%, kelas menengah Indonesia menunjukkan tanda-tanda masalah keuangan, dengan perilaku konsumen yang lebih selektif dan penjualan eceran yang stagnan, yang menunjukkan kesenjangan antara kepercayaan konsumen dan daya beli.

 

• Dampak Usulan Kenaikan PPN: Usulan pemerintah untuk menaikkan PPN dari 11% menjadi 12% dapat menjadi bumerang, berpotensi mengurangi konsumsi sebesar 0.3% dan semakin membebani kelas menengah, yang berisiko menyebabkan perlambatan ekonomi.

 

• Pasar Tenaga Kerja yang Stagnan: Stagnasi pertumbuhan pekerjaan di sektor formal mendorong lebih banyak individu ke ekonomi informal, mengurangi pendapatan rumah tangga dan membatasi konsumsi domestik. Investasi bisnis masih lesu karena ketidakpastian permintaan domestik, perubahan regulasi, dan kondisi pasar global.

 

• Kebijakan Moneter dan Reformasi Struktural: Meskipun ada perkembangan positif seperti peningkatan cadangan devisa dan pemangkasan suku bunga Bank Indonesia, langkah-langkah moneter ini saja tidak dapat mengatasi masalah intinya. Kebijakan komprehensif dan reformasi struktural diperlukan untuk menumbuhkan sektor formal, mendukung kelas menengah, dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.