PT Blue Bird Tbk (BIRD) mencatat pertumbuhan pendapatan yang solid pada kuartal ini, didorong oleh jumlah hari kerja yang lebih banyak. Perusahaan membukukan pendapatan sebesar Rp1,45 triliun, naik 6,0% secara kuartalan dan 8,5% secara tahunan, berkat kinerja layanan taksi yang tetap kuat meski aksi protes di awal September sempat menekan mobilitas dan memicu imbauan bekerja dari rumah selama satu minggu. Sementara itu, pendapatan non-taksi cenderung stabil; perbaikan yang terlihat pada Cititrans tertutupi oleh menurunnya permintaan Bigbird. Secara kumulatif, pendapatan hingga 9M25 mencapai Rp4,12 triliun atau tumbuh 12,4% secara tahunan, sedikit di bawah proyeksi internal kami yang mencapai 71,9% dari target FY25F, namun masih sejalan dengan konsensus yang berada di 73,3%.

Di sisi profitabilitas, laba bersih tercatat sebesar Rp147 miliar, turun 13,5% secara kuartalan dan 15,1% secara tahunan, dengan margin bersih melemah menjadi 10,2%. Penurunan ini dipengaruhi oleh peningkatan biaya operasional, termasuk insentif sementara bagi pengemudi, kenaikan depresiasi, serta tingkat utilisasi yang lebih rendah. Secara total, laba bersih hingga 9M25 mencapai Rp483 miliar atau naik 10,6% dibandingkan tahun lalu, sedikit di bawah ekspektasi kami yang berada pada 70,1% dari target FY25F, tetapi kembali sejalan dengan konsensus di 73,2%. Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, kami melakukan penyesuaian atas proyeksi kinerja 2025–2027F dengan menurunkan estimasi pendapatan sebesar 2,5–3,4% dan proyeksi laba bersih sebesar 6,1–7,4%.

Melihat ke depan, kami memperkirakan kinerja BIRD pada kuartal IV-2025 akan lebih kuat, seiring meningkatnya permintaan layanan taksi saat musim hujan dan lonjakan aktivitas perjalanan pada periode libur akhir tahun. Segmen non-taksi juga diproyeksikan menjadi motor pertumbuhan utama perusahaan, dengan pertumbuhan CAGR 2025–2027F sebesar 24,3% yang didorong oleh layanan rental dan shuttle. Sementara itu, pendapatan taksi diperkirakan tetap mencatat pertumbuhan belasan persen, didukung oleh penerapan dynamic pricing serta berkurangnya tekanan dari insentif kompetitor online. Meski demikian, persaingan berpotensi semakin intens dengan masuknya Green SM yang menawarkan tarif 30–40% lebih rendah serta kembalinya Express Taxi ke pasar.

Dengan mempertimbangkan fundamental yang kuat, ekuitas merek yang kokoh, serta valuasi yang menarik, kami mempertahankan rekomendasi BUY untuk saham BIRD dengan target harga Rp2.900 per saham, memberikan potensi kenaikan hingga 64,8%. Saham BIRD saat ini diperdagangkan pada valuasi P/E 5,3x atau 55% di bawah rata-rata industri, dengan pertumbuhan EPS sebesar 21,2%, dividend yield 8,2%, serta EV/taxi yang tergolong rendah di kisaran USD 14 ribu. Baik pendekatan valuasi DCF dengan WACC 10,3% dan pertumbuhan terminal 4,0%, maupun pendekatan P/E, sama-sama menunjang target harga tersebut. Meski prospeknya positif, investor tetap perlu mewaspadai potensi risiko, seperti volume penumpang yang lebih lemah dari perkiraan, potensi kembalinya strategi bakar uang oleh platform ride-hailing, serta kenaikan harga bahan bakar.

Disclaimer: Informasi dalam konten ini hanya dimaksudkan sebagai referensi dan bahan pertimbangan. Setiap investasi mengandung risiko. Segala keputusan investasi menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing investor.

Full Report

Link