Pendapatan PT Telkom pada kuartal ketiga 2025 tercatat relatif stabil. Kenaikan ARPU mampu menjadi penopang di tengah tekanan yang terus terjadi pada bisnis legacy. ARPU meningkat menjadi Rp43,4 ribu atau naik 5,3% secara kuartalan, sementara jumlah pelanggan tetap berada di angka 157,6 juta. Namun, momentum positif tersebut belum cukup kuat untuk menahan penurunan signifikan pada pendapatan legacy, yang merosot menjadi Rp1,8 triliun atau turun 18,2% QoQ dan 30,2% YoY. Akibatnya, pendapatan konsolidasi Telkom tertahan di Rp36,6 triliun. Di saat yang sama, lalu lintas data turut melemah 3,0% secara kuartalan, meskipun kenaikan yield menjadi Rp3.406 per GB membuat konsumsi data rata-rata per pelanggan turun menjadi 14,9 GB per bulan. Secara kumulatif, pendapatan sembilan bulan pertama 2025 mencapai Rp109,6 triliun, turun 2,3% dibanding periode yang sama tahun lalu, namun masih sesuai dengan ekspektasi internal sebesar 72,2% dan konsensus pasar 72,0%.

Dari sisi profitabilitas, Telkom menghadapi tantangan yang cukup berarti. Kenaikan beban tenaga kerja dan beban depresiasi dipercepat sebesar Rp771 miliar menekan performa laba bersih, meskipun margin EBITDA tetap kuat di 49,9% dan laba operasional mampu tumbuh menjadi Rp18,3 triliun atau naik 2,3% secara kuartalan. Beban tambahan tersebut membuat laba bersih turun menjadi Rp4,81 triliun, atau melemah 6,9% QoQ dan 18,7% YoY, sehingga margin bersih perusahaan terkoreksi ke level 13,1%. Untuk periode sembilan bulan pertama, laba bersih tercatat sebesar Rp15,8 triliun, turun 10,7% dibanding tahun sebelumnya dan belum mencapai proyeksi internal maupun konsensus, masing-masing di level 65,8% dan 64,7%.

Meski sejumlah indikator jangka pendek menunjukkan tekanan, prospek jangka panjang Telkom tetap menjanjikan berkat rangkaian langkah strategis yang sedang dijalankan. Perusahaan menargetkan pendapatan tumbuh moderat menjadi Rp152 triliun pada tahun buku 2026, setara kenaikan 2,8% YoY. Optimisme ini didukung oleh rencana pemisahan Infranexia yang mencakup aset serat optik wholesale senilai Rp35,8 triliun, peluang masuknya investor strategis pada bisnis pusat data, serta upaya penyederhanaan struktur organisasi melalui pengurangan jumlah anak perusahaan dari 61 menjadi sekitar 19 hingga 20 entitas. Di sisi layanan, konsumsi data pelanggan diperkirakan meningkat menjadi 16,3 GB per bulan, didorong oleh semakin berkembangnya layanan serat optik berbasis open-access.

Dengan mempertimbangkan keseluruhan faktor tersebut, prospek saham Telkom dinilai masih terbatas dalam jangka pendek. Oleh karena itu, kami menilai harga saham saat ini sudah mencerminkan sebagian besar fundamentalnya, sehingga ruang kenaikan tidak terlalu besar. Target harga tetap di Rp3.700, sejalan dengan valuasi 2026F EV/EBITDA sebesar 5,4 kali dan mencerminkan potensi kenaikan sekitar 4,2%. Tekanan dari ketatnya persaingan industri, perlambatan pertumbuhan pelanggan, serta penurunan harga layanan fixed broadband menjadi beberapa faktor yang perlu dicermati dalam waktu dekat.

Disclaimer: Informasi dalam konten ini hanya dimaksudkan sebagai referensi dan bahan pertimbangan. Setiap investasi mengandung risiko. Segala keputusan investasi menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing investor.

Full Report

Link