Pada kuartal III 2025, Bank Central Asia (BBCA) mencatat laba bersih konsolidasian sebesar Rp14,4 triliun, turun 3,3% dibandingkan kuartal sebelumnya namun masih tumbuh 1,3% secara tahunan. Kinerja tersebut sejalan dengan perkiraan internal dan konsensus pasar, masing-masing telah mencapai sekitar 75% dari target tahun 2025. Pencapaian ini didukung oleh pendapatan bunga bersih (NII) yang relatif stabil di angka Rp21,4 triliun serta pertumbuhan pendapatan non-bunga yang solid sebesar 9,6% secara kuartalan. Dari sisi penyaluran kredit, BBCA mencatat pertumbuhan sebesar 7,6% year-on-year, dengan kontribusi utama berasal dari segmen korporasi yang tumbuh 10,4%, khususnya pada pembiayaan investasi dan modal kerja. Di sisi pendanaan, total dana pihak ketiga tumbuh 7,0% YoY, ditopang oleh peningkatan dana murah (CASA) sebesar 9,1% YoY, sehingga rasio CASA meningkat hingga 83,8%. Sementara itu, biaya kredit (Cost of Credit/CoC) tercatat sedikit naik menjadi 0,6%, dibandingkan 0,5% pada kuartal sebelumnya.

Ke depan, BBCA berencana memanfaatkan peluang pertumbuhan kredit dari sektor usaha kecil dan menengah (UKM) serta sektor konsumer, terutama di bidang hilirisasi dan energi terbarukan yang kini tengah berkembang pesat. Selain itu, manajemen juga berkomitmen untuk terus memperkuat ekosistem digital serta mengintegrasikan layanan online dan offline guna menjaga pertumbuhan CASA tetap kuat dan berkelanjutan.

Untuk tahun 2025, BBCA mempertahankan target pertumbuhan kredit di kisaran 6–8%, lebih konservatif dibandingkan pertumbuhan 13,8% pada 2024. Meskipun bank memperkirakan akan ada pemangkasan suku bunga acuan 7-day repo rate sebesar 25 basis poin hingga akhir tahun, manajemen tetap optimistis mempertahankan margin bunga bersih (NIM) di level 5,8%, dengan harapan penurunan biaya dana (CoF) dapat mengimbangi tekanan pada hasil pinjaman. Sejalan dengan peningkatan CASA yang mencapai 9,1% secara tahunan, aktivitas transaksi nasabah tetap menunjukkan performa kuat berkat dukungan ekosistem digital BBCA yang terus berkembang. Bank juga mempertahankan panduan biaya kredit di level 50 basis poin, mencerminkan sikap kehati-hatian dalam menjaga kualitas aset.

BBCA terus menunjukkan kinerja unggul di sektor perbankan nasional dengan kualitas aset yang sangat baik, rasio CASA tertinggi di industri, serta Return on Equity (ROE) yang mencapai 24,1%, mendekati level tahun sebelumnya sebesar 24,8%. Pencapaian tersebut turut didukung oleh efisiensi biaya operasional yang terjaga dengan target rasio biaya terhadap pendapatan (CIR) tahun 2025 di 32%.

Dengan kinerja solid tersebut, kami merekomendasikan saham BBCA dengan Buy dan menetapkan target harga (TP) di level Rp9.600, yang mencerminkan valuasi wajar pada Price to Book Value (PBV) 2026F sebesar 3,7 kali, meskipun terjadi penurunan valuasi pada perbankan BUMN yang kini berada di kisaran PBV 2,5 kali. Adapun risiko utama yang perlu diwaspadai mencakup potensi peningkatan kredit bermasalah (NPL), tekanan berkelanjutan pada margin bunga, serta potensi penurunan valuasi lebih lanjut pada bank-bank milik negara.

Disclaimer: Informasi dalam konten ini hanya dimaksudkan sebagai referensi dan bahan pertimbangan. Setiap investasi mengandung risiko. Segala keputusan investasi menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing investor.

Full Report
Link