Sektor manufaktur Indonesia menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang kuat pada Agustus 2025. Berdasarkan data S&P Global, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia naik signifikan ke level 51,5 dari 49,2 pada Juli. Ini menandai ekspansi pertama dalam lima bulan terakhir sekaligus menjadi angka tertinggi sejak Maret 2025, sejalan dengan proyeksi kami terkait membaiknya momentum pertumbuhan ekonomi di paruh kedua tahun ini.

Kenaikan PMI ini mencerminkan rebound yang solid dalam aktivitas pabrik, dengan output dan pesanan baru yang meningkat secara konsisten. Permintaan dari luar negeri pun menunjukkan peningkatan tajam, mencatat pertumbuhan tercepat sejak September 2023. Hal ini menandakan bahwa daya saing ekspor Indonesia mulai pulih, meskipun tekanan ekonomi global masih menjadi tantangan utama.

Dari sisi tenaga kerja, sektor manufaktur mencatat pertumbuhan tipis di jumlah lapangan kerja setelah mengalami penurunan selama tiga bulan berturut-turut. Penurunan backlog selama lima bulan terakhir mengindikasikan bahwa perusahaan mampu mengelola beban kerja secara efisien. Di sisi lain, peningkatan aktivitas pembelian yang berdampak pada naiknya persediaan bahan baku turut mencerminkan kepercayaan pelaku industri terhadap prospek permintaan yang berkelanjutan dalam waktu dekat.

Tren pemulihan ini mengindikasikan ketahanan ekonomi Indonesia yang semakin solid. Sektor-sektor berorientasi ekspor seperti nikel, crude palm oil (CPO), dan produk kendaraan listrik (EV) diharapkan menjadi motor utama stabilitas neraca perdagangan Indonesia di tengah ketidakpastian global. Sementara itu, permintaan domestik juga terus menunjukkan tren penguatan, didukung oleh pulihnya daya beli masyarakat dan prospek belanja konsumen yang meningkat menjelang musim liburan akhir tahun.

Dari sisi harga, inflasi biaya input tetap relatif terkendali, bertahan di kisaran terendah dalam lima tahun terakhir dan jauh di bawah rata-rata historis. Hal ini tidak terlepas dari stabilitas harga energi domestik dan penurunan biaya logistik. Namun, penguatan nilai tukar dolar AS memicu kenaikan harga bahan baku impor, yang sedikit mendorong kenaikan harga jual. Meski demikian, tekanan inflasi secara keseluruhan masih dapat dikendalikan. Kami memperkirakan inflasi utama tetap berada dalam rentang target Bank Indonesia sebesar 2,5% ± 1% sepanjang tahun 2025.

Kondisi ini membawa dampak positif terhadap prospek pasar tenaga kerja dan konsumsi rumah tangga. Peningkatan tenaga kerja di sektor pabrik memberikan sinyal awal pemulihan pendapatan masyarakat. Ditambah dengan program bantuan pangan bergizi gratis (MBG) dari pemerintahan Prabowo serta tren kenaikan upah di wilayah perkotaan, daya beli masyarakat diproyeksikan terus menguat. Sentimen bisnis juga ikut terdorong naik, ditopang oleh optimisme terhadap peluncuran produk baru dan kuatnya permintaan konsumen.

Melihat tren yang ada, kami di Samuel Sekuritas Indonesia meyakini bahwa sektor manufaktur akan terus menunjukkan perbaikan hingga akhir 2025. Hal ini akan didorong oleh kombinasi dari meningkatnya permintaan ekspor, penguatan konsumsi domestik, serta dukungan kebijakan fiskal dan moneter yang tepat sasaran. Meski demikian, kami tetap waspada terhadap risiko-risiko global seperti penguatan dolar AS yang berkepanjangan, ketidakpastian permintaan global, dan potensi gangguan rantai pasok.