PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) mencatatkan kinerja positif pada semester I 2025 dengan membukukan laba bersih konsolidasi sebesar Rp1,7 triliun, tumbuh 13,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada kuartal II 2025, laba bersih tercatat sebesar Rp802 miliar, meskipun mengalami penurunan 11,3% secara kuartalan, namun tumbuh signifikan 24,9% secara tahunan. Capaian ini sedikit di bawah proyeksi internal (46,2% dari target full-year), namun masih sesuai dengan ekspektasi konsensus pasar (52,7%).

Pertumbuhan laba terutama didorong oleh lonjakan pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) sebesar 55,1% YoY menjadi Rp9,3 triliun. Hal ini sejalan dengan ekspansi Net Interest Margin (NIM) yang naik menjadi 4,4% atau meningkat 80 basis poin secara kuartalan dan 139 basis poin secara tahunan. Kenaikan ini ditopang oleh peningkatan imbal hasil aset seiring perubahan perlakuan akuntansi.

Total penyaluran kredit tumbuh 6,8% YoY menjadi Rp376 triliun, didukung oleh pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sebesar 7,4% dan kredit korporasi yang melonjak 18,4%. Meskipun rasio kredit bermasalah (Gross NPL) tetap stabil di level 3,3%, rasio kredit dalam perhatian khusus (Loan at Risk/LAR) menunjukkan perbaikan dengan penurunan dari 21,2% di 2Q24 menjadi 20,2%. Di sisi lain, biaya kredit (Cost of Credit/CoC) naik menjadi 2,0% dari sebelumnya 1,1% pada kuartal I 2025, seiring strategi perusahaan dalam memperkuat cadangan kerugian penurunan nilai untuk mendorong cakupan NPL ke atas 120% pada akhir tahun.

Ke depan, BBTN berpotensi mendapatkan dorongan tambahan dari program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Perumahan yang baru diluncurkan melalui Permenko No.13/2025. Program ini menjadi pelengkap dari skema FLPP, dengan menawarkan subsidi pembiayaan bagi pengembang di sisi suplai dan masyarakat berpenghasilan rendah di sisi permintaan. Debitur dapat mengakses pinjaman hingga Rp500 juta dengan bunga hanya 6%, sementara pengembang dapat memperoleh pembiayaan hingga Rp20 miliar dalam bentuk modal kerja atau investasi. Meski menjanjikan yield yang lebih tinggi, implementasi program ini tetap perlu dicermati mengingat adanya risiko penghentian penyaluran jika rasio NPL melebihi 5%.

Didorong oleh keberlanjutan program FLPP dan peluncuran KUR perumahan, manajemen BBTN merevisi naik proyeksi pertumbuhan kredit tahun 2025 menjadi 7–9%, dari sebelumnya 7–8%. Pemerintah telah menetapkan target penyaluran FLPP sebesar 350 ribu unit dengan anggaran Rp31 triliun untuk tahun ini. Selain itu, terdapat potensi tambahan dari rencana kenaikan suku bunga KPR subsidi ke kisaran 6–7% yang masih menunggu regulasi lebih lanjut. Jika terealisasi, langkah ini diperkirakan dapat kembali mendorong ekspansi NIM.

Sebagai langkah antisipatif terhadap ketidakpastian kondisi makro dan untuk memperkuat fundamental, manajemen juga menyesuaikan panduan biaya kredit menjadi di atas 1,5%, naik dari sebelumnya 1,0–1,1%, sebagai bentuk strategi provisioning di semester pertama.

Dengan mempertimbangkan berbagai faktor pendukung tersebut, kami merekomendasikan menjadi BUY, dari sebelumnya SELL, dengan target harga 12 bulan ke depan sebesar Rp1.600. Target ini mencerminkan valuasi Price to Book Value (PBV) sebesar 0,48x untuk tahun 2025. Revisi ini dilandasi optimisme terhadap perbaikan berkelanjutan pada NIM di paruh kedua 2025, seiring penurunan biaya dana (Cost of Funds/CoF) yang mengikuti penurunan suku bunga acuan BI sebesar 100 basis poin serta meredanya imbal hasil SRBI. Beberapa katalis utama yang dipantau meliputi percepatan penyaluran FLPP, keberhasilan implementasi program KUR perumahan, serta pemulihan dana murah (Current Account Savings Account/CASA).

Disclaimer: Informasi dalam konten ini hanya dimaksudkan sebagai referensi dan bahan pertimbangan. Setiap investasi mengandung risiko. Segala keputusan investasi menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing investor.

Full Report
Link