Cadangan devisa Indonesia tercatat stabil di angka USD 152,6 miliar pada Juni 2025, sedikit meningkat dari USD 152,5 miliar pada bulan sebelumnya. Angka ini sesuai dengan proyeksi Samuel Sekuritas Indonesia (SSI) sebesar USD 152 miliar, mencerminkan keberlanjutan pengelolaan cadangan yang hati-hati dan konsisten oleh Bank Indonesia (BI). Stabilitas ini juga didukung oleh masuknya penerimaan pajak serta pendapatan dari sektor jasa.

Kestabilan posisi cadangan devisa terjadi di tengah upaya aktif BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui intervensi di pasar valas dan obligasi. Langkah ini menjadi penting di tengah pelemahan indeks dolar AS (DXY) dan meningkatnya ketidakpastian global.

Dengan posisi saat ini, cadangan devisa Indonesia mampu membiayai 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan jika termasuk pembayaran utang luar negeri pemerintah. Angka ini jauh di atas standar kecukupan internasional sebesar tiga bulan, mencerminkan bantalan likuiditas eksternal yang solid. Kondisi ini memberikan ruang bagi BI untuk tetap melakukan intervensi secara terarah tanpa mengganggu keberlanjutan cadangan devisa.

Di samping aliran pendapatan dan penerbitan obligasi pemerintah, posisi cadangan devisa juga mencerminkan ketahanan sektor eksternal Indonesia. Meskipun terjadi pelemahan pada indikator PMI manufaktur dan tanda-tanda penurunan harga komoditas, surplus perdagangan yang masih sehat turut menopang ketahanan eksternal. Namun demikian, tantangan ke depan tetap ada, terutama jika kebijakan tarif tinggi yang diusung oleh mantan Presiden AS, Donald Trump, mulai diberlakukan, yang berpotensi menekan nilai tukar rupiah.

Ke depan, cadangan devisa diperkirakan tetap berada dalam level yang memadai, didukung oleh upaya pembiayaan pemerintah dan kebijakan moneter BI yang berhati-hati. Meski demikian, potensi arus keluar modal jangka pendek masih menjadi risiko, terutama akibat dinamika imbal hasil global, volatilitas pasar keuangan, dan kemungkinan penyesuaian suku bunga The Fed. Untuk saat ini, prospek cadangan devisa dinilai netral, dengan dukungan dari pengelolaan likuiditas dan stabilitas mata uang yang proaktif oleh BI. Kondisi ini diharapkan mampu menjaga stabilitas eksternal Indonesia selama lingkungan global tidak mengalami pelemahan yang signifikan.