Inflasi tahunan Indonesia naik pada Juni 2025, mencapai 1,87% secara tahunan (YoY), naik dari 1,60% pada bulan sebelumnya. Angka ini sedikit melampaui konsensus pasar sebesar 1,83% dan proyeksi Samuel Sekuritas Indonesia (SSI) sebesar 1,7%. Meski demikian, inflasi masih berada dalam kisaran target Bank Indonesia (BI) di rentang 1,5% hingga 3,5%, yang menandakan bahwa stabilitas harga secara umum tetap terjaga. Kenaikan ini sebagian besar didorong oleh kenaikan harga pada komponen makanan dan transportasi, yang kemungkinan mencerminkan normalisasi musiman pasca deflasi sementara di bulan Mei.

Secara bulanan, Indeks Harga Konsumen (IHK) mencatat kenaikan sebesar 0,19% pada Juni, berbalik dari penurunan -0,37% pada Mei. Kenaikan ini juga sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan 0,15% yang tercatat pada bulan Juni tahun lalu. Hal ini menunjukkan kembalinya tekanan harga secara bertahap di tengah pemulihan permintaan domestik yang masih hati-hati. Meski demikian, tekanan inflasi secara keseluruhan masih tergolong moderat dibandingkan standar historis, menandakan bahwa tekanan biaya yang mendasari sebagian besar masih dalam kendali.

Salah satu poin penting dari data inflasi Juni adalah turunnya inflasi inti, yang tercatat di angka 2,37%, level terendah dalam lima bulan terakhir, turun dari 2,4% pada Mei. Angka ini juga berada di bawah ekspektasi pasar sebesar 2,44%. Penurunan ini mengindikasikan lemahnya tekanan dari sisi permintaan, memperkuat pandangan bahwa tekanan harga bersifat struktural masih rendah. Faktor penyebabnya antara lain adalah konsumsi rumah tangga yang belum pulih sepenuhnya dan tekanan upah yang masih terbatas, mencerminkan pemulihan ekonomi yang belum merata di seluruh sektor.

Melihat perkembangan ini, Bank Indonesia diperkirakan akan tetap mempertahankan sikap hati-hati dalam menentukan kebijakan moneternya. Setelah memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) pada Mei lalu, BI memutuskan untuk menahan suku bunga di level 5,5% pada Juni sembari mengevaluasi dampak dari pelonggaran sebelumnya. Prospek inflasi yang relatif terkendali memberi ruang bagi BI untuk tetap menjalankan pendekatan yang terukur, terutama di tengah risiko global seperti fluktuasi harga komoditas, ketegangan perdagangan berbasis tarif, serta ketidakpastian geopolitik yang masih berlangsung seperti konflik di Timur Tengah dan meningkatnya proteksionisme Amerika Serikat di bawah pemerintahan Presiden Trump.

Ke depan, SSI memperkirakan inflasi akan tetap berada dalam kisaran target BI, dengan rata-rata tahunan yang kemungkinan akan mencapai sekitar 2,4%. Meski terdapat potensi risiko kenaikan inflasi dari sisi penyesuaian harga yang diatur pemerintah, gangguan pasokan pangan global, dan volatilitas nilai tukar, faktor-faktor ini diperkirakan akan diimbangi oleh lemahnya tekanan pada inflasi inti serta terbatasnya konsumsi masyarakat. Oleh karena itu, meskipun inflasi Juni sedikit lebih tinggi dari ekspektasi, data ini tetap menunjukkan kondisi makroekonomi yang stabil secara keseluruhan dan mendukung pandangan netral-positif kami untuk paruh kedua tahun 2025.