Dalam lima hari perdagangan terakhir, harga rata-rata nikel naik menjadi USD 15.815 per ton, atau meningkat sekitar 2,6% dibandingkan minggu sebelumnya, didorong oleh tingginya permintaan dari pabrik baja tahan karat di Tiongkok yang mulai kembali berproduksi setelah libur panjang. Peningkatan produksi ini terlihat dari output baja tahan karat Tiongkok pada Februari yang mengalami kenaikan 0,1% dibanding bulan sebelumnya dan 15% dibanding tahun lalu.

Selain itu, produksi nikel di Tiongkok pada bulan Maret diperkirakan akan mengalami peningkatan signifikan, tumbuh sekitar 13,6% dibanding bulan sebelumnya dan hampir 30% lebih tinggi dibanding tahun lalu. Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya permintaan baterai untuk kendaraan listrik (EV), yang diperkirakan mencapai 1 TWh pada tahun 2025, jauh lebih tinggi dibandingkan 894 GWh pada tahun 2024. Namun, pasar tetap menghadapi risiko, terutama dari kebijakan tarif yang diterapkan AS, yang bisa memicu fluktuasi harga lebih lanjut.

Meskipun prospek harga nikel tahun ini cukup positif, masih ada kekhawatiran mengenai kelebihan pasokan serta ketidakpastian ekonomi global yang dapat memengaruhi pergerakan harga. Oleh karena itu, proyeksi harga nikel untuk tahun 2025 masih stagnan di USD 15.000 per ton, dengan harga rata-rata sejak awal tahun mencapai USD 15.381 per ton. Di tengah kondisi ini, NCKL tetap menjadi pilihan utama, dengan target harga IDR 850 per lembar saham, mencerminkan rasio harga terhadap laba (P/E) sekitar 7,3 kali di 2025, didukung oleh potensi pertumbuhan laba dari ekspansi kapasitas produksi serta biaya produksi yang relatif rendah di industri ini.

Disclaimer: Informasi dalam konten ini hanya dimaksudkan sebagai referensi dan bahan pertimbangan. Setiap investasi mengandung risiko. Segala keputusan investasi menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing investor.