Harga emas dalam lima hari perdagangan terakhir mencapai level tertinggi sepanjang masa di 2.867 dolar per ons, dengan angka rata-rata di 2.849 dolar per ons, naik 2,8% dibandingkan angka rata-rata pekan lalu di 2.771 dolar per ons. Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) tetap stabil di 107,9. Angka initial jobless claims di AS yang lebih rendah dari perkiraan memberikan sedikit optimisme terkait ekonomi, tetapi ketegangan politik global yang semakin meningkat tetap membuat emas diminati sebagai aset safe haven.

Selain itu, keputusan AS untuk menaikkan tarif impor sebesar 10% terhadap barang-barang dari Tiongkok memicu respons dari Tiongkok yang memberlakukan tarif balasan sebesar 15% terhadap barang impor dari AS. Sementara itu, penghapusan tarif untuk Meksiko dan Kanada gagal meredakan kekhawatiran terkait perang dagang, sehingga volatilitas harga emas semakin tinggi di tengah risiko konflik perdagangan yang lebih besar antara dua kekuatan ekonomi dunia ini.

Dengan adanya ketidakpastian ekonomi yang terus berlangsung, ada peluang harga emas akan terus naik, dan kami memperkirakan harganya bisa mencapai 2.800 dolar per ons hingga akhir tahun ini, lebih tinggi dibandingkan rata-rata tahun ini yang berada di 2.741 dolar per ons. Kenaikan ini juga didukung oleh peningkatan permintaan emas dari bank sentral untuk memperkuat cadangan devisa. Dari sisi saham, BRMS yang hampir seluruh pendapatannya berasal dari emas tetap menjadi pilihan utama kami dengan target harga Rp 500 per saham, didukung prospek pendapatan yang solid serta potensi aset yang belum tergarap secara maksimal.

Disclaimer: Informasi dalam konten ini hanya dimaksudkan sebagai referensi dan bahan pertimbangan. Setiap investasi mengandung risiko. Segala keputusan investasi menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing investor.