Harga tembaga turun sekitar 4,3% pada 11 – 15 November 2024 ke USD 9.010 per ton, dipicu oleh penguatan nilai tukar dolar AS dan sentimen negatif dari turunnya permintaan dari Tiongkok. Potensi memanasnya tensi dagang antara AS dan Tiongkok setelah Presiden Trump menjanjikan kenaikan tarif impor sebesar 60% hingga 100% pada produk Tiongkok, membuat pelaku pasar semakin berhati-hati.

Tekanan pada harga tembaga semakin besar setelah data Indeks Harga Produsen (PPI) AS bulan Oktober menunjukkan kenaikan 2,4% dibanding tahun lalu, melebihi ekspektasi yang hanya 2,3%. Selain itu, jumlah initial jobless claims turun menjadi 217.000, yang merupakan level terendah sejak Mei 2024, menunjukkan adanya optimisme ekonomi AS. Pimpinan The Fed, Jerome Powell, juga menyatakan bahwa kondisi keuangan AS cukup stabil sehingga tidak ada urgensi untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut. Hal ini mendorong nilai dolar AS naik, yang memberikan tekanan pada harga tembaga dan menimbulkan kekhawatiran terkait permintaan industri.

Kami menurunkan proyeksi rata-rata harga tembaga untuk tahun 2024 dari USD 9.200 menjadi USD 9.150 per ton, karena kekhawatiran atas ketegangan perdagangan AS-China dan proyeksi ekonomi global yang cenderung melemah. Kami masih memilih MDKA sebagai top pick dengan target harga IDR 3.000, didukung oleh potensi peningkatan produksi di tahun 2024 dan proyek smelter di Weda Bay yang ditargetkan selesai di kuartal keempat tahun 2024.

 

Disclaimer: Informasi dalam konten ini hanya dimaksudkan sebagai referensi dan bahan pertimbangan. Setiap investasi mengandung risiko. Segala keputusan investasi menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing investor.