Pasar saham AS turun etelah The Fed memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 0,5% menjadi 4,75%-5% pada September 2024, yang merupakan pemotongan pertama sejak Maret 2020 di tengah kondisi ekonomi yang rumit, yang ditandai dengan moderasi inflasi dan prospek pertumbuhan lapangan kerja yang melambat.

Keputusan ini mengejutkan banyak pihak yang memperkirakan pemotongan lebih kecil sebesar 25bps, namun The Fed merasa perlu melakukan pelonggaran moneter yang lebih agresif. Mereka juga berencana melakukan dua pemotongan tambahan sebesar 25bps hingga akhir tahun, sehingga total pemotongan hingga akhir tahun menjadi 100bps. Tahun depan, diperkirakan suku bunga akan turun lagi sebesar 100bps, dan pada 2026 ada pemotongan terakhir sebesar 50bps, sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk menjaga suku bunga rendah agar bisa mengarahkan ekonomi AS keluar dari pertumbuhan yang melambat.

Langkah ini juga sejalan dengan upaya bank sentral dunia lainnya, termasuk Bank Indonesia, untuk menjaga keseimbangan antara meredam inflasi dan mendorong aktivitas ekonomi. Pemotongan suku bunga The Fed ini juga bisa membantu stabilitas Rupiah, terutama setelah Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan suku bunga sebesar 25bps, serta mendukung aliran dana masuk ke pasar domestik.

Di sisi inflasi The Fed juga menurunkan perkiraan inflasi di AS, di mana pada 2024 inflasi diprediksi turun menjadi 2,3% dari 2,6%, sementara untuk 2025 diperkirakan berada di angka 2,1%, semakin dekat dengan target The Fed di 2%. Hal ini juga mencerminkan potensi penurunan harga komoditas global, yang bisa memengaruhi penerimaan ekspor negara-negara seperti Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi AS diprediksi sedikit melambat pada 2024, dengan pertumbuhan PDB diperkirakan sebesar 2%, turun dari perkiraan sebelumnya 2,1%, yang dapat memberikan tantangan bagi pertumbuhan ekonomi global, termasuk bagi negara-negara di Asia yang juga menghadapi dampak dari pelemahan ekonomi China. Proyeksi tingkat pengangguran AS juga direvisi naik menjadi 4,4% pada 2024 dan tetap di level yang sama untuk 2025, yang bisa berdampak buruk bagi ekonomi AS jika tidak ditangani dengan baik.

Singkatnya, The Fed tampaknya mencoba menenangkan pelaku pasar dengan memproyeksikan pemotongan suku bunga yang lebih kecil di masa depan, tetapi melakukan pemotongan yang lebih besar saat ini untuk menghindari risiko penurunan ekonomi yang tajam.

Disclaimer: Informasi dalam konten ini hanya dimaksudkan sebagai referensi dan bahan pertimbangan. Setiap investasi mengandung risiko. Segala keputusan investasi menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing investor.