Dalam lima hari perdagangan terakhir, harga tembaga naik 1,3% dibanding minggu sebelumnya menjadi USD 9.068 per ton, didukung oleh sentimen positif terhadap aset-aset China yang semakin menguat. Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya aktivitas investasi dari institusi domestik maupun internasional negara tersebut, termasuk permintaan dari Deepseek sebagai salah satu pengguna semikonduktor, serta peningkatan permintaan setelah libur Tahun Baru Imlek.

Selain itu, Chile sebagai produsen tembaga terbesar di dunia menaikkan proyeksi harga tembaga untuk tahun depan menjadi USD 4,3 per pon atau sekitar USD 9.480 per ton, setelah sebelumnya juga meningkatkan target produksinya sebesar 5,8% dari tahun lalu. Hal ini menunjukkan adanya ekspektasi permintaan tembaga yang lebih tinggi sepanjang tahun ini. Namun, masih ada kekhawatiran mengenai potensi perang dagang baru antara Amerika Serikat dan China yang bisa memengaruhi pergerakan harga di masa mendatang.

Meskipun harga tembaga mengalami kenaikan, ketidakpastian global masih menjadi perhatian, terutama terkait risiko ekonomi dan ketegangan perdagangan internasional. Oleh karena itu, proyeksi harga tembaga untuk tahun depan masih teta di kisaran USD 8.500 per ton, meskipun masih ada potensi kenaikan lebih lanjut. Dari sisi saham, MDKA tetap menjadi pilihan utama karena memiliki prospek profitabilitas yang baik, dengan target harga di Rp1.800 (10,9x EV/EBITDA 2025). Proyeksi ini juga didukung oleh penyelesaian proyek smelter Weda Bay milik MDKA pada kuartal keempat tahun ini.

Disclaimer: Informasi dalam konten ini hanya dimaksudkan sebagai referensi dan bahan pertimbangan. Setiap investasi mengandung risiko. Segala keputusan investasi menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing investor.