Industri otomotif Indonesia diperkirakan menghadapi tekanan pada tahun 2025. Penjualan kendaraan roda dua (2W) dan roda empat (4W) diproyeksikan masing-masing turun sekitar 2% YoY dan 7–9% YoY akibat melemahnya daya beli masyarakat serta suku bunga yang masih tinggi. Kondisi ini berpotensi menekan profitabilitas jangka pendek PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA). Meski demikian, prospek jangka menengah perusahaan tetap solid dengan adanya beberapa katalis penting, antara lain masuknya produsen otomotif Tiongkok BYD sebagai klien baru pada semester kedua 2026, diversifikasi produk kendaraan listrik berupa baterai tambahan (auxiliary batteries), serta ekspansi ke segmen non-otomotif.

Pada kuartal II 2025, DRMA mencatatkan pendapatan sebesar IDR 1,31 triliun, turun 10,1% secara kuartalan namun masih tumbuh 7,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini lebih disebabkan oleh tingginya basis pada kuartal I 2025 yang bertepatan dengan periode pra-Lebaran. Dari sisi segmen, penjualan roda dua mencapai IDR 807 miliar, turun 12,9% dibandingkan kuartal sebelumnya tetapi tetap naik 12,3% secara tahunan berkat peluncuran sejumlah suku cadang baru. Sebaliknya, penjualan roda empat turun menjadi IDR 305 miliar, melemah 3,6% QoQ dan 5,6% YoY akibat permintaan yang menurun. Laba bersih pada kuartal ini tercatat IDR 97 miliar, turun 31,7% QoQ dan 6,0% YoY, lebih rendah dari perkiraan, dengan margin laba bersih yang tertekan ke level 7,4% akibat kenaikan biaya bahan baku dan biaya manufaktur. Walaupun kinerja kuartal II terlihat cukup medioker, secara akumulasi paruh pertama 2025 DRMA tetap mampu mencatatkan pertumbuhan positif dengan pendapatan mencapai IDR 2,8 triliun atau naik 8,6% YoY, serta laba bersih sebesar IDR 240 miliar atau meningkat 1,3% YoY.

Momentum GIIAS 2025 juga menjadi tonggak penting bagi DRMA melalui peluncuran lini produk baru di bawah inisiatif Dharmaconnect. Produk yang diperkenalkan meliputi baterai tambahan dengan harga sekitar IDR 300 ribu dan masa pakai hingga lima tahun, serta paket konversi kendaraan listrik yang mencakup motor BLDC, baterai, dan kontroler dengan biaya konversi sekitar IDR 16 juta. Saat ini kapasitas produksi baterai tambahan masih terbatas dan difokuskan untuk pasar ekspor, khususnya ke Korea Selatan, namun perusahaan menargetkan produksi massal hingga 200 ribu unit mulai awal 2026. Kehadiran lini baru ini menegaskan komitmen DRMA untuk mendukung perkembangan ekosistem kendaraan listrik baik di Indonesia maupun di pasar global.

Dengan langkah-langkah strategis tersebut, DRMA mempertahankan prospek jangka menengah yang positif. Target harga saham ditetapkan pada IDR 950 dengan valuasi 2026F P/E di level 8,1x, sejalan dengan rata-rata industri. Walaupun tantangan permintaan masih membayangi pada 2025, pemulihan diperkirakan terjadi pada 2027 seiring meningkatnya penetrasi produsen otomotif Tiongkok. Pertumbuhan di masa mendatang akan ditopang oleh volume tambahan dari BYD, masuknya perusahaan ke pasar komponen baru, serta kinerja keuangan yang tetap terjaga dengan tingkat pengembalian ekuitas (ROE) sebesar 18,6%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri 17,7%.

Secara keseluruhan, meski kondisi makro saat ini memberi tekanan pada kinerja jangka pendek, DRMA terus memperkuat fondasi bisnisnya melalui diversifikasi produk, kerja sama dengan produsen global, dan inovasi di sektor kendaraan listrik. Strategi ini diyakini akan membawa perusahaan tetap berada pada jalur pertumbuhan berkelanjutan dalam jangka menengah hingga panjang.

Disclaimer: Informasi dalam konten ini hanya dimaksudkan sebagai referensi dan bahan pertimbangan. Setiap investasi mengandung risiko. Segala keputusan investasi menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing investor.

Full Report
Link