S&P Global Indonesia Manufacturing PMI menunjukkan perbaikan pada Juli 2025 dengan angka mencapai 49,2, naik dari 46,9 pada Juni. Meski masih berada di bawah ambang batas 50 yang menandakan wilayah kontraksi, capaian ini merupakan level tertinggi sejak Maret 2025. Peningkatan ini mengindikasikan tekanan di sektor manufaktur mulai berkurang, memberi sinyal potensi stabilisasi di bulan-bulan mendatang. Penurunan output juga tercatat paling ringan dalam empat bulan terakhir, didukung oleh dimulainya implementasi sejumlah proyek baru.

Namun, di tengah perbaikan ini, tantangan besar masih membayangi. Permintaan dari pasar luar negeri kembali mengalami kontraksi setelah sempat stabil. Kondisi ini memperlihatkan kerentanan terhadap dinamika geopolitik global, khususnya gangguan dari konflik Iran–Israel yang memicu hambatan rantai pasok, memperpanjang waktu pengiriman, dan mendorong tekanan biaya input. Volatilitas nilai tukar juga menjadi faktor yang menambah beban biaya, menggerus margin keuntungan dan laba perusahaan manufaktur. Daya beli konsumen yang masih lemah semakin memperberat situasi, sementara sentimen pelaku industri jatuh ke titik terendah akibat kebijakan tarif dari Amerika Serikat yang berpotensi menekan daya saing ekspor Indonesia serta memperburuk posisi perdagangan nasional.

Dalam konteks makroekonomi, perbaikan PMI ini sejalan dengan langkah Bank Indonesia yang mengambil kebijakan akomodatif melalui pemangkasan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Meski demikian, risiko inflasi akibat kenaikan biaya input dan fluktuasi nilai tukar dapat membatasi ruang pelonggaran moneter lebih lanjut. Lemahnya kepercayaan konsumen yang terlihat dari menurunnya daya beli juga menjadi tanda bahwa pertumbuhan konsumsi domestik, yang merupakan sektor penggerak utama perekonomian, masih berada dalam tren melambat.

Ke depan, prospek sektor manufaktur tetap berada pada posisi hati-hati optimistis. Pemulihan yang lebih solid akan sangat bergantung pada kemampuan mengelola tekanan perdagangan eksternal, menstabilkan harga komoditas global, serta menjaga dukungan kebijakan fiskal dan moneter yang berkelanjutan. Di tengah ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi global, langkah strategis yang tepat akan menjadi kunci dalam memulihkan pertumbuhan manufaktur Indonesia di kuartal-kuartal mendatang.