Pada bulan November, penjualan batu bara thermal mengalami peningkatan signifikan menjadi 0,8 juta ton, naik53,8% dibandingkan bulan sebelumnya, sementara batu bara coking melonjak tajam menjadi 0,5 juta ton, meningkat 71,7% secara bulanan dan hampir 89,3% secara tahunan. Selain itu, nikel juga menunjukkan performa positif dengan penjualan saprolite mencapai 43 ribu ton, naik sekitar 7,5% dibandingkan bulan sebelumnya, dan limonite mencapai 193 ribu ton, dengan kenaikan lebih dari 14,.2% dibandingkan bulan sebelumnya.

Di sisi lain, aktivitas penambangan yang lebih rendah menyebabkan penurunan signifikan dalam segmen kontrak tambang, terlihat dari volume pengupasan lapisan tanah (overburden removal) yang turun menjadi 97 juta meter kubik, berkurang hampir 8,7% dibandingkan bulan sebelumnya dan 13,2% dibandingkan tahun lalu. Penurunan ini diperparah oleh kinerja yang lebih lemah pada segmen alat berat, di mana penjualan turun hingga 9% secara bulanan menjadi 403 unit.

Meskipun begitu, terdapat peluang dari berkurangnya penerapan kebijakan COP29, yang dapat menstabilkan permintaan batu bara di pasar global, terutama dengan Jepang yang masih mengandalkan batu bara untuk sekitar 30% kebutuhan listriknya, memberikan potensi konsumsi yang konsisten untuk komoditas tersebut.

Namun, intensitas hujan yang tinggi di wilayah Kalimantan menjadi ancaman serius karena dapat mengganggu operasi tambang, menurunkan produksi, dan volume kontrak, yang berpotensi memberikan dampak negatif terhadap kinerja harga saham yang sudah mengalami tekanan dalam beberapa waktu terakhir.