Pada tahun 2025, saham di sektor konsumen tetap menarik karena sifatnya yang defensif. Stimulus pemerintah, seperti program makan gratis, dan kenaikan upah minimum sebesar 6,5% diharapkan dapat meningkatkan daya beli masyarakat, khususnya bagi mereka yang berpenghasilan rendah.

Namun, daya beli masyarakat berpotensi melemah akibat depresiasi nilai tukar rupiah yang dipengaruhi penguatan dolar AS. Hal ini dapat menyulitkan perusahaan untuk mengalihkan beban kenaikan harga bahan baku, seperti susu bubuk yang mengalami kenaikan harga cukup signifikan pada tahun lalu. Tekanan ini menjadi salah satu kelemahan yang harus diwaspadai oleh pelaku industri.

Harga bahan baku utama seperti gandum dan gula yang cenderung menurun dalam setahun terakhir, memberikan peluang besar untuk meningkatkan margin keuntungan. Penurunan harga ini juga membuka jalan untuk mendukung kinerja pasar yang lebih baik bagi beberapa emiten di tahun mendatang, meskipun kenaikan harga produk secara umum diperkirakan belum akan terjadi tahun ini.

Meski begitu, tekanan margin tetap menjadi ancaman utama. Hal ini dapat berasal dari peralihan konsumen ke produk dengan harga lebih terjangkau akibat sensitivitas terhadap harga, serta fluktuasi harga komoditas yang dipengaruhi ketegangan geopolitik dan perubahan cuaca ekstrem. Selain itu, kinerja yang cukup baik di tahun 2024 bisa memicu aksi ambil untung, yang perlu diantisipasi untuk menjaga stabilitas pasar.