Tingkat inflasi tahunan Indonesia naik menjadi 2,86% pada Oktober 2025 dari 2,65% pada September, menandai level tertinggi sejak April 2024. Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya permintaan konsumen akibat pengeluaran musiman serta kenaikan harga pangan dan transportasi. Meski demikian, inflasi tetap berada dalam kisaran target Bank Indonesia sebesar 1,5% hingga 3,5%, menunjukkan bahwa tekanan harga masih terkendali. Angka ini juga sedikit lebih tinggi dibanding perkiraan SSI Research sebesar 2,8%, menandakan adanya sedikit kejutan ke arah kenaikan.

Inflasi inti, yang tidak mencakup harga yang diatur pemerintah maupun harga pangan bergejolak, turut meningkat menjadi 2,36% dari 2,19% pada bulan sebelumnya, level tertinggi dalam empat bulan terakhir. Kenaikan ini mencerminkan adanya penyesuaian biaya secara bertahap terhadap barang dan jasa konsumsi inti, sejalan dengan membaiknya permintaan domestik dan penguatan pasar tenaga kerja yang perlahan.

Secara bulanan, indeks harga konsumen naik 0,28%, lebih tinggi dari 0,21% pada September, menandai kenaikan kedua berturut-turut dan laju tercepat sejak Juli. Peningkatan ini terutama didorong oleh naiknya harga pangan dan transportasi, dua komponen yang memiliki bobot besar dalam pengeluaran rumah tangga.

Dari sisi pasar keuangan, prospek inflasi yang masih terkendali serta kecenderungan Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas dibanding memperketat kebijakan lebih lanjut memberikan sentimen positif bagi pasar obligasi dan nilai tukar rupiah. Dengan dinamika inflasi yang tetap sejalan dengan ekspektasi, investor menilai bahwa kebijakan moneter akan tetap berfokus pada dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi sambil tetap menjaga ketahanan terhadap risiko eksternal. Kondisi inflasi yang relatif jinak juga mengurangi risiko perubahan kebijakan secara mendadak yang berpotensi menekan imbal hasil obligasi pemerintah maupun menambah tekanan terhadap nilai tukar. Meski demikian, risiko inflasi impor dari sektor energi dan pangan tetap menjadi perhatian utama, karena kenaikan harga global yang berkelanjutan dapat mengganggu stabilitas rupiah dan minat terhadap aset berdenominasi rupiah. Untuk saat ini, data inflasi Oktober menunjukkan bahwa tekanan harga domestik masih berada dalam kendali, bukan tanda percepatan inflasi yang meluas.

Ke depan, inflasi diperkirakan akan tetap stabil di sekitar titik tengah kisaran target Bank Indonesia sepanjang sisa tahun 2025. Meskipun fluktuasi harga pangan dan kenaikan biaya transportasi musiman dapat menimbulkan tekanan sementara, inflasi inti diperkirakan tetap terkendali berkat stabilitas nilai tukar, pertumbuhan upah yang moderat, serta kebijakan pemerintah dalam menjaga harga komoditas utama seperti beras dan BBM. Dari sisi kebijakan moneter, Bank Indonesia kemungkinan akan mempertahankan sikap yang akomodatif karena inflasi masih berada di zona aman. Namun, bank sentral tetap akan waspada terhadap risiko global, termasuk gejolak harga komoditas dan ketegangan geopolitik yang berpotensi menimbulkan tekanan dari sisi inflasi impor. Secara keseluruhan, laju inflasi Oktober memperkuat pandangan bahwa tekanan harga di dalam negeri masih terkendali, memberikan ruang bagi stabilitas ekonomi untuk terus terjaga di tengah ketidakpastian global.