Inflasi Indonesia terus menunjukkan tren pelonggaran pada Agustus 2025, memperkuat sinyal bahwa stabilitas harga kini lebih terjaga, tepat di saat sejumlah indikator pertumbuhan mulai mengarah positif. Indeks Harga Konsumen (IHK) utama tercatat naik 2,31% secara tahunan, turun sedikit dari 2,37% di bulan Juli, dan lebih rendah dari proyeksi Samuel Sekuritas Indonesia (SSI) sebesar 2,52%. Inflasi inti bahkan menyentuh level terendah dalam sebelas bulan terakhir di angka 2,17%, mencerminkan lemahnya tekanan permintaan domestik dan terbatasnya kenaikan harga.

Secara bulanan, tercatat deflasi sebesar -0,08%, berbalik arah dari kenaikan 0,3% pada Juli. Penurunan ini utamanya disebabkan oleh normalisasi harga pangan dan stabilnya biaya transportasi. Dengan perkembangan ini, inflasi tetap nyaman berada dalam kisaran target Bank Indonesia (BI) tahun 2025, yaitu 1,5% hingga 3,5%.

Tren inflasi yang melandai ini memperkuat justifikasi langkah pelonggaran moneter Bank Indonesia. BI telah memangkas suku bunga acuan sebesar total 50 basis poin sepanjang Juli hingga Agustus ke level 5,00%. Melihat inflasi yang kini lebih rendah dari jalur proyeksi sebelumnya, SSI mempertahankan pandangan dovish. Jika nilai tukar tetap stabil dan tekanan inflasi impor terkendali, ada ruang bagi BI untuk kembali memangkas suku bunga sebesar 25 bps pada akhir kuartal IV 2025 atau awal 2026. Kebijakan ini memberi ruang bagi BI untuk lebih mendukung pertumbuhan ekonomi, tanpa mengorbankan daya tarik imbal hasil riil Indonesia, terutama dengan bantuan kebijakan pasokan pangan dan pengelolaan harga yang semakin efektif dalam menjaga ekspektasi pasar.

Dari sisi makroekonomi, sinyal perbaikan juga semakin terlihat. Indeks PMI Manufaktur dari S&P Global kembali mencatatkan ekspansi pada Agustus, menandai pemulihan aktivitas industri. Di sisi eksternal, Indonesia berhasil mencatatkan surplus perdagangan selama tiga bulan berturut-turut, masing-masing di atas USD 4 miliar, dengan angka terbaru di Juli sebesar USD 4,18 miliar. Tekanan dari percepatan impor juga mulai mereda setelah kesepakatan tarif timbal balik antara Indonesia dan Amerika Serikat diturunkan menjadi 19% dari sebelumnya 32%.

Kombinasi antara inflasi yang lebih rendah, pemulihan aktivitas manufaktur, serta surplus perdagangan yang solid membentuk fondasi yang kuat bagi percepatan ekonomi secara bertahap di paruh kedua tahun ini. Risiko makroekonomi dan finansial juga diperkirakan tetap terkendali dalam waktu dekat.

Dari perspektif pasar obligasi, pelonggaran inflasi inti dan deflasi bulanan menjadi sentimen positif bagi durasi menengah-panjang. Kami merekomendasikan untuk menambah eksposur pada obligasi pemerintah Indonesia (IndoGB) tenor 5–10 tahun, di mana potensi imbal hasil dan peluang kenaikan harga (carry-roll) masih menjanjikan. Jika pasar mulai memprediksi penurunan suku bunga lebih lanjut, kurva imbal hasil juga berpotensi mengalami bull-steepening. Kontrak interest rate swap (IRS) jangka pendek masih menarik seiring menyempitnya premi risiko inflasi. Namun, kami sarankan untuk bersikap lebih taktis apabila terjadi penguatan dolar AS yang dapat memicu kembali kekhawatiran atas inflasi impor atau meningkatnya premi tenor secara global. Sementara itu, inflasi yang lebih rendah juga dapat meningkatkan daya tarik lelang obligasi, baik dari investor domestik maupun asing institusional, menjelang kuartal IV.

Ke depan, dengan inflasi yang tetap terkendali, BI memiliki fleksibilitas untuk mempertimbangkan satu kali lagi pemangkasan suku bunga, tentunya bergantung pada data-data terbaru. Kondisi ini tetap menjaga keunggulan imbal hasil riil Indonesia di mata investor global. Bagi pasar, kombinasi stabilitas harga, pemulihan sektor manufaktur, dan surplus perdagangan yang berkelanjutan mendukung pandangan positif terhadap obligasi Indonesia, potensi penguatan rupiah di saat koreksi, serta peluang selektif pada instrumen berisiko seperti kredit dan saham.

Dengan fondasi makro yang lebih solid dan ruang kebijakan yang terbuka, prospek ekonomi Indonesia di paruh kedua 2025 patut untuk disambut dengan optimisme yang terukur.