Dalam lima hari perdagangan terakhir, harga tembaga turun sebesar 1,3% menjadi USD 8.731 per ton. Penurunan ini disebabkan oleh aktivitas perdagangan awal tahun yang cenderung lesu serta penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat, yang menekan harga komoditas global, termasuk tembaga.

Pada Januari 2025, produksi tembaga katoda diperkirakan menurun sebesar 88.200 ton atau turun 8,1% dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh terbatasnya pasokan konsentrat tembaga dan tembaga blister serta berkurangnya ketersediaan limbah tembaga akibat perubahan kebijakan. Selain itu, tingkat operasional pabrik katoda tembaga diperkirakan turun menjadi 80,7%, akibat produksi yang tinggi pada tahun 2024 (naik 5,4% dibandingkan tahun sebelumnya) serta peningkatan pengiriman tembaga sebesar 9,0% dari bulan sebelumnya dan 9,6% dari tahun sebelumnya, mencapai total 90.400 ton. Namun, tingginya tingkat persediaan tembaga saat ini dapat membatasi pertumbuhan produksi lebih lanjut.

Pada tahun 2024, harga rata-rata tembaga tercatat sebesar USD 9.143 per ton. Untuk tahun 2025, harga diproyeksikan turun menjadi USD 8.500 per ton, atau 7% lebih rendah dari tahun sebelumnya, di tengah kekhawatiran terhadap ketegangan perdagangan antara China dan Amerika Serikat serta ketidakpastian ekonomi global. Meskipun demikian, MDKA tetap menjadi rekomendasi utama dengan target harga IDR 2.000 per saham. Hal ini didukung oleh prospek perusahaan yang cukup baik serta proyek smelter di Weda Bay yang direncanakan selesai pada kuartal keempat tahun 2024.

Disclaimer: Informasi dalam konten ini hanya dimaksudkan sebagai referensi dan bahan pertimbangan. Setiap investasi mengandung risiko. Segala keputusan investasi menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing investor.