Dalam lima hari terakhir, harga tembaga naik sebesar 2,1% menjadi 8.917 dolar per ton. Kenaikan ini didorong oleh penurunan stok tembaga di China sebesar 10.100 ton menjadi 105.700 ton, yang menjadi sinyal adanya peningkatan permintaan di tengah pasokan yang semakin ketat.

Mendekati perayaan Tahun Baru Imlek, permintaan tembaga diperkirakan akan meningkat karena biasanya periode ini memicu aktivitas manufaktur dan konsumsi masyarakat, termasuk barang yang menggunakan tembaga seperti elektronik, peralatan rumah tangga, hingga dekorasi. Selain itu, komitmen China untuk mencapai target nol emisi pada 2060 dan rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga surya sebesar 1.200 gigawatt hingga 2030, yang membutuhkan kabel dalam jumlah besar, juga diperkirakan akan mendukung kenaikan harga tembaga.

Sepanjang tahun 2024, rata-rata harga tembaga tercatat mencapai 9.143 dolar per ton. Namun, kami melihat bahwa dalam jangka pendek hingga 2025, harga tembaga mungkin akan terpengaruh oleh ketidakpastian ekonomi global dan tensi perdagangan antara China dan Amerika Serikat. Karena itu, kami memperkirakan rata-rata harga tembaga selama 12 bulan ke depan berada di kisaran 8.500 dolar per ton, turun sekitar 7% dibandingkan tahun sebelumnya. Meski demikian, MDKA tetap menjadi pilihan utama kami dengan target harga 2.000 rupiah per saham, didukung oleh prospek profitabilitas yang solid dan proyek smelter Weda Bay yang dijadwalkan selesai pada akhir kuartal empat tahun 2024.

Disclaimer: Informasi dalam konten ini hanya dimaksudkan sebagai referensi dan bahan pertimbangan. Setiap investasi mengandung risiko. Segala keputusan investasi menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing investor.