Dalam lima hari perdagangan terakhir, harga tembaga bertahan di level yang cukup tinggi, yaitu sekitar USD 9.406 per ton, naik 0,1% dibandingkan minggu sebelumnya, didorong oleh peningkatan persediaan tembaga di Tiongkok yang melonjak menjadi 357.600 ton, bertambah 31.400 ton dalam sepekan dan 191.800 ton dibandingkan sebelum Tahun Baru Imlek. Kenaikan stok ini menunjukkan tingginya aktivitas pembelian di pasar.

Selain itu, tingkat operasional produksi batang tembaga sekunder juga meningkat tajam hingga mencapai 30,8%, naik 11,8 poin persentase dalam seminggu dan 22,5 poin persentase dibandingkan tahun lalu, yang mengindikasikan lonjakan permintaan. Tren ini diperkuat oleh pelemahan indeks DXY menjelang akhir pekan, yang turut mendorong harga tembaga tetap tinggi. Namun, di sisi lain, penjualan ritel di AS pada Januari 2025 justru turun 0,9% dibandingkan bulan sebelumnya, yang bisa menjadi sinyal adanya potensi perlambatan konsumsi akibat kondisi ekonomi global yang masih kurang stabil.

Meskipun terjadi peningkatan stok, prospek ekonomi yang masih lesu bisa memberikan tekanan pada harga tembaga ke depan. Oleh karena itu, proyeksi harga tembaga untuk tahun 2025 diperkirakan berada di kisaran USD 8.500 per ton, sementara harga rata-rata tahun ini tercatat USD 9.104 per ton. Dari sisi investasi, saham MDKA masih menjadi pilihan utama dengan target harga IDR 2.000, ditopang oleh potensi kenaikan laba yang berasal dari peresmian Weda Bay Smelter pada tahun 2025, yang diperkirakan akan memberikan dampak positif terhadap profitabilitas perusahaan.

Disclaimer: Informasi dalam konten ini hanya dimaksudkan sebagai referensi dan bahan pertimbangan. Setiap investasi mengandung risiko. Segala keputusan investasi menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing investor.