Dalam lima hari terakhir, harga rata-rata nikel turun tipis menjadi 15.215 dolar per ton, turun sekitar 0,18% dibandingkan minggu sebelumnya. Penurunan ini terjadi akibat permintaan yang masih lesu setelah perayaan Tahun Baru Imlek di China, yang berdampak pada aktivitas perdagangan yang melambat. Stok nikel di pelabuhan China juga hanya turun sedikit, sekitar 2 juta metrik ton, menjadi 8,086 juta metrik ton. Selain itu, kekhawatiran terhadap potensi perang dagang antara Amerika Serikat dan China semakin menekan sentimen pasar dan meningkatkan risiko perlambatan ekonomi global, yang berdampak negatif pada permintaan nikel.

Namun, pelemahan harga ini sedikit tertahan oleh rencana pemerintah Filipina yang berencana melarang ekspor bijih nikel selama lima tahun ke depan, yang bisa menjadi faktor pendukung bagi harga nikel dalam jangka panjang. Dengan situasi yang masih beragam dan pertumbuhan kendaraan listrik yang lebih lambat dari perkiraan, kami tetap mempertahankan proyeksi harga nikel untuk tahun ini di kisaran 15.000 dolar per ton.

Dari sisi saham, NCKL masih menjadi pilihan utama kami karena memiliki angka return on equity (ROE) tertinggi di sektor ini. Kami menetapkan harga target di Rp850, dengan rasio harga terhadap laba atau price-to-earnings (P/E) di level 7,3 kali untuk tahun depan. Proyeksi ini didukung oleh potensi pertumbuhan laba yang kuat dari ekspansi kapasitas produksi serta biaya produksi yang tergolong rendah dibandingkan dengan industri lainnya.

Disclaimer: Informasi dalam konten ini hanya dimaksudkan sebagai referensi dan bahan pertimbangan. Setiap investasi mengandung risiko. Segala keputusan investasi menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing investor.