Dalam lima hari perdagangan terakhir, harga emas mengalami kenaikan sebesar 0,8% dibanding minggu sebelumnya dan kini berada di level USD 2.928 per ons, naik dari USD 2.904 per ons. Harga ini masih mendekati rekor tertingginya di USD 2.953 per ons. Sementara itu, indeks DXY, yang mencerminkan kekuatan dolar AS terhadap mata uang utama lainnya, turun menjadi 106,8 atau melemah sekitar 0,8%. Harga emas sendiri sempat terkoreksi hingga USD 2.897 per ons sebelum kembali menguat dan mencapai USD 2.900 per ons pada Selasa.

Kenaikan harga emas ini didorong oleh meningkatnya ketegangan geopolitik, terutama antara Amerika Serikat, Ukraina, dan Rusia, yang membuat pasar semakin tidak stabil. Selain itu, kebijakan tarif dagang besar-besaran yang diterapkan oleh mantan Presiden AS Donald Trump menimbulkan kekhawatiran akan perang dagang, mendorong investor untuk mencari aset yang lebih aman seperti emas. Di sisi lain, pembelian emas oleh bank sentral, terutama oleh Bank Sentral China (PBoC), tetap kuat, dengan tambahan 5 ton cadangan emas pada Januari 2025, sehingga total cadangan emas China kini mencapai 2.285 ton.

Melihat kondisi ini, kami tetap mempertahankan proyeksi harga emas di tahun 2025 berada di kisaran USD 2.800 per ons, mengingat permintaan emas yang terus meningkat di tengah ketidakpastian ekonomi global. Dari sisi investasi saham, BRMS masih menjadi pilihan utama kami dengan target harga saham di IDR 500, didukung oleh potensi pendapatan yang stabil dan cadangan emas yang masih belum tergarap secara maksimal.

Disclaimer: Informasi dalam konten ini hanya dimaksudkan sebagai referensi dan bahan pertimbangan. Setiap investasi mengandung risiko. Segala keputusan investasi menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing investor.