Dalam satu minggu terakhir, harga CPO mengalami kenaikan sebesar 3,4% dan mencapai rata-rata MYR 5.099 per ton, serta sempat menyentuh level tertinggi dalam dua tahun terakhir. Kenaikan ini didorong oleh turunnya stok CPO di Malaysia, produsen CPO terbesar kedua di dunia (25% dari total produksi global). Cadangan CPO di negara itu turun sebesar 6% pada bulan Oktober menjadi 1,88 juta ton, level terendah sejak Agustus, terutama karena meningkatnya permintaan dari India selama perayaan Diwali.

Namun, di pertengahan minggu, tepatnya pada 12 hingga 14 November, harga CPO mengalami penurunan sebesar 4,4% selama tiga hari berturut-turut. Hal ini disebabkan oleh turunnya ekspor CPO Malaysia sebesar 14,57% dalam sepuluh hari pertama bulan November setelah perayaan Diwali berakhir. Selain itu, dimulainya musim dingin di Tiongkok turut mempengaruhi penurunan permintaan CPO karena CPO cenderung sulit disimpan pada suhu dingin, yang kemudian mempersulit proses penyimpanan dan logistik.

Di sisi lain, potensi produksi yang lebih tinggi di bulan Desember membuat kami tetap mempertahankan perkiraan rata-rata harga CPO hingga akhir tahun di angka MYR 4.100 per ton. Kami merekomendasikan saham NSSS dengan target harga IDR 265 per saham dan TAPG dengan target harga IDR 800 per saham sebagai top picks, didukung oleh aset perkebunan mereka yang relatif muda (kurang dari 10 tahun), yang diharapkan mampu memberikan hasil panen yang lebih banyak.

Disclaimer: Informasi dalam konten ini hanya dimaksudkan sebagai referensi dan bahan pertimbangan. Setiap investasi mengandung risiko. Segala keputusan investasi menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing investor.