Harga tembaga mengalami kenaikan 0,8% dalam lima hari terakhir, mencapai USD 9.523 per ton seiring dengan mendekatnya musim puncak permintaan yang diperkirakan akan datang di bulan Maret. Kenaikan ini terjadi meskipun aktivitas produksi di sektor pipa dan tabung tembaga pada Februari masih cukup lemah, berada di angka 70,3% atau turun 0,7% dibanding bulan sebelumnya.

Tanda-tanda peningkatan permintaan semakin jelas terlihat, salah satunya dari berkurangnya stok tembaga di China yang kini tersisa 368.000 ton, turun 2,4% dalam sepekan. Sementara itu, stok tembaga di London Metal Exchange (LME) juga menyusut menjadi 257.325 ton, turun 1,8% dari minggu sebelumnya. Dengan berkurangnya pasokan ini, permintaan tembaga di bulan Maret diprediksi akan meningkat, terlihat dari naiknya tingkat operasional industri pipa dan tabung tembaga yang kini mencapai 82,3%, produksi pendingin udara rumah tangga yang tumbuh 11,4% dibanding tahun lalu, serta ekspor yang juga mengalami peningkatan sebesar 9,2%. Selain itu, sektor kawat berinsulasi menunjukkan potensi pemulihan dengan kenaikan aktivitas produksi hingga 72,9%, atau naik 16,9% dari bulan sebelumnya, sementara produksi katoda merah juga mengalami peningkatan dengan tingkat operasional mencapai 71,3%, naik 3,4% dalam sebulan terakhir.

Melihat adanya potensi gangguan pasokan tembaga secara global dalam jangka panjang serta perlambatan ekonomi dunia saat ini, kami memperkirakan harga tembaga pada 2025 akan berada di kisaran USD 8.500 hingga USD 9.000 per ton. Dalam kondisi ini, MDKA tetap menjadi pilihan utama kami dengan target harga saham di IDR 1.800, didukung oleh proyeksi profitabilitas yang jelas dari berbagai proyek yang akan segera berjalan.

Disclaimer: Informasi dalam konten ini hanya dimaksudkan sebagai referensi dan bahan pertimbangan. Setiap investasi mengandung risiko. Segala keputusan investasi menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing investor.