BBCA mencatatkan kinerja laba yang cukup baik pada Januari 2025, naik 20,4% dibanding tahun sebelumnya (YoY). Peningkatan ini didorong oleh pertumbuhan kredit yang solid sebesar 15,1% serta kenaikan Net Interest Margin (NIM) sebesar 7,3 basis poin. Selain itu, Cost of Fund BBCA juga menurun berkat CASA ratio yang meningkat menjadi 82,6%, jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

Namun, BBCA juga mengalami lonjakan Cost of Credit yang mencapai 76 basis poin, jauh di atas panduan tahun 2024 yang hanya 30-40 basis poin. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya biaya provisi hingga Rp568 miliar, dibandingkan Desember 2024 yang sekitar Rp450 miliar, akibat adanya penambahan pencadangan di akhir Januari akibat keterlambatan pembayaran di periode libur akhir tahun, yang mengakibatkan meningkatnya pinjaman berisiko tinggi.

Ke depan, BBCA melihat peluang besar untuk meningkatkan pertumbuhan kreditnya, terutama di segmen ritel. BBCA memiliki CASA ratio tertinggi di antara bank-bank lain dalam coverage riset kami, yakni 83%, jauh di atas rata-rata industri yang hanya 65%. Dengan kondisi ini, BBCA diprediksi mampu terus meningkatkan NIM-nya pada 2025, yang diharapkan bisa membantu pemulihan kinerja sahamnya ke depan.

Namun, BBCA tetap menghadapi tantangan di tahun 2025. Pertumbuhan kreditnya diperkirakan akan lebih lambat dibandingkan tahun sebelumnya, hanya sekitar 6-8%, akibat penyesuaian terhadap imbal hasil kredit. Selain itu, bank ini juga berisiko mengalami kenaikan biaya kredit jika kualitas asetnya menurun akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Jika kondisi ini terjadi, kinerja BBCA bisa kembali tertekan dan menghadapi tantangan lebih besar di pasar.