Pasar obligasi dalam negeri bergerak sideways menjelang libur panjang yang akan dimulai besok (28/6). Di tengah pergerakan sideways tersebut, Rupiah mengalami depresiasi dan ditutup menembus level psikologis dan resisten IDR 15,000 per USD. Kami melihat hal ini sebagai pelonggaran intervensi di pasar valuta asing oleh Bank Indonesia mengantisipasi potensi arus masuk modal asing pada lelang SBN hari ini. Walaupun rilis surplus anggaran 5M23 bisa menjadi katalis positif bagi lelang SBN hari ini (lihat domestic economic news), kami melihat potensi turunnya permintaan pada lelang SBN hari ini akibat upaya investor global untuk mengantisipasi naiknya suku bunga Fed di bulan Juli (lihat fixed income news). Kami memperkirakan imbal hasil (yield) INDOGB 10Y akan tetap bergerak sideways hari ini dalam rentang 6.3-6.4%, yang diikuti depresiasi Rupiah menuju rentang IDR 15,000-15,100 per USD.
Fixed Income News: Kementerian Keuangan akan gelar lelang SBN hari ini dengan target indikatif IDR 15tn. Berkaca pada turunnya jumlah penawaran masuk di lelang SBSN minggu lalu (20/6) menjadi IDR 41.4tn (6/6: IDR 60tn), kami memperkirakan permintaan di lelang SBN hari ini juga akan turun menuju rentang IDR 55-65tn (13/6: IDR 72tn). Penurunan ini disebabkan oleh upaya investor global untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga puncak (terminal) the Fed di bulan Juli. (Emitennews)
Global Economic News: Investor dan pebisnis khawatir terhadap perekonomian Jerman di 2H23. Kekhawatiran ini tercermin pada survei iklim bisnis IFO Juni yang turun menjadi 88.5 (May: 91.5; Cons Jun: 90.7). Penurunan ini disebabkan oleh kekhawatiran terhadap prospek ekonomi Jerman 6 bulan ke depan, yang tercermin dari turunnya indeks ekspektasi bisnis menjadi 83.6 (May: 88.3; Cons Jun: 88). Sedangkan, indeks penilaian ekonomi saat ini hanya turun tipis menjadi 93.7 (May: 94.8; Cons Jun: 93.5). Kami melihat hasil survei ini konsisten dengan rilis data PMI manufaktur dan jasa di zona Euro yang terus melambat di bulan Juni. (Investing)
Domestic Economic News: Pemerintah pertahankan surplus anggaran pada 5M23 serta mengurangi penerbitan SBN neto sebesar IDR -95.5tn. Kementerian Keuangan mencatat surplus anggaran pada 5M23 sebesar IDR 204.3tn atau 0.97% terhadap PDB (4M23: IDR 234.7tn atau 1.12% terhadap PDB). Walaupun surplus anggaran menurun, pemerintah juga berhasil menekan penerbitan SUN baru. Sehingga, jumlah SBN neto menurun sebesar IDR -95.5tn menjadi IDR 144.5tn (4M23: IDR 240tn). Kami melihat hal ini sebagai berita positif bagi pasar obligasi Indonesia. Menurut kami, pembatasan suplai SBN yang semakin ketat pada bulan-bulan mendatang akan menjadi penopang yield INDOGB 10Y bertahan di area support 6.3-6.5% di bulan Juli. (Kementerian Keuangan)
Recommendation: FR0067, FR0076, FR0089, FR0081, FR0040, FR0084, FR0086, PBS017.
Samuel Sekuritas Indonesia is a leading Indonesian securities brokerage firm. Established in 1997, the firm has grown to become one of the most respected and trusted financial services companies in the country. With a wide range of services and products, Samuel Sekuritas Indonesia has become a trusted partner to many investors, both institutional and individual.
The company offers a variety of financial services, including equity, debt and derivative securities brokerage services, research and portfolio management, asset management and capital market services, as well as a range of other investment solutions. Samuel Sekuritas Indonesia is also a leader in providing financial education and training, and has established itself as a leading provider of investor relations services.
The company has a strong research capability and is committed to providing its clients with up-to-date and reliable market analysis and recommendations. It also has a team of experienced and knowledgeable professionals who are dedicated to providing quality service to its clients. As a result, Samuel Sekuritas Indonesia has become a preferred partner for many investors in Indonesia.
In addition to its financial services, Samuel Sekuritas Indonesia also offers a range of other services, such as corporate finance and advisory services, mergers and acquisitions, and venture capital.