Ikhtisar

Perekonomian Indonesia tumbuh 5.03% pada 2024, sedikit di bawah angka pertumbuhan 2023 yang sebesar 5.05%, didorong oleh permintaan domestik yang kuat serta sektor-sektor utama seperti manufaktur, perdagangan, pertanian, konstruksi, dan pertambangan. Presiden Prabowo Subianto memperkenalkan langkah-langkah populis untuk merangsang konsumsi, serta target investasi ambisius sebesar IDR 3.41 kuadriliun di 2029, dengan fokus pada teknologi, infrastruktur, dan energi hijau. Meskipun berbagai upaya intervensi telah dilakukan, rupiah melemah akibat ketidakpastian global, sementara Bursa Efek Indonesia (BEI) bersiap memperkenalkan short selling guna meningkatkan likuiditas pasar. Di dunia korporasi, perkembangan terkini antara lain dorongan pemerintah untuk komitmen investasi USD 1 miliar dari Apple, restrukturisasi BUMN melalui Danantara, serta fokus OJK pada literasi kripto. Secara politik, spekulasi terkait perombakan kabinet, meningkatnya pengaruh Indonesia setelah mendapatkan keanggotaan BRICS, serta upaya antikorupsi mencerminkan adanya perubahan dalam tata kelola. Di sektor ekonomi digital, Indonesia terus meningkatkan kesiapan AI dan berinvestasi dalam keterampilan sektor digital. Sementara itu, upaya lingkungan menghadapi tekanan dari rencana deforestasi skala besar dan masalah transisi energi, meskipun Indonesia telah mendapatkan pendanaan terkait iklim dari UE dan Prancis. Penundaan relokasi ibu kota ke IKN dan perkembangan di sektor keuangan domestik, seperti penerbitan obligasi Bank Jatim, menambah kompleksitas lanskap ekonomi. Risiko utama mencakup ketidakpastian kebijakan, tekanan ekonomi global, serta keberlanjutan lingkungan.