Ikhtisar

Bank Indonesia memutuskan mempertahankan suku bunga di 5.75%, memprioritaskan stabilitas inflasi dan ketahanan IDR di tengah ketidakpastian global. Volatilitas pasar semakin berat karena melebarnya spread obligasi korporasi, aksi jual saham yang memicu penghentian perdagangan (halt), dan kekhawatiran fiskal semakin mengurangi kepercayaan investor. Pemerintah telah menanggapi dengan melakukan buyback saham darurat dan intervensi mata uang untuk menstabilkan pasar, sementara Menteri Keuangan Sri Mulyani meyakinkan investor tentang strategi fiskal Indonesia meskipun ada spekulasi politik yang terus berlanjut. Harga emas yang meningkat menunjukkan tingginya permintaan safe haven, sementara investasi asing dari Tiongkok dan Amazon menandakan kepercayaan jangka panjang. Namun, kekhawatiran atas kebijakan populis, peningkatan pungutan ekspor, dan perubahan peraturan terus membebani sentimen bisnis. Perkembangan politik, termasuk revisi undang-undang militer dan dugaan nepotisme tingkat, menambah ketidakpastian, sementara isu lingkungan seperti banjir di wilayah pertambangan nikel dan polusi udara tetap menjadi fokus. Di sektor ekonomi digital, masuknya Amazon Kuiper dan ekspansi infrastruktur data Indonesia menunjukkan ambisi teknologi Indonesia. Seiring berlanjutnya pengetatan moneter global, prospek ekonomi Indonesia akan sangat bergantung pada penyesuaian kebijakan dan pemulihan sentimen investor.