Ikhtisar

Pergerakan ekonomi Indonesia di Q1 2025 secara umum tetap kuat, didukung oleh momentum investasi domestik yang kuat dan komitmen investasi dari para pemain global seperti Apple, LG, dan Vale, meskipun ada tekanan dari tensi perdagangan global dan perubahan kebijakan pertambangan. Pemerintah yakin dapat mencapai target investasi IDR 1,905 triliun tahun ini, sementara munculnya pendatang baru seperti Huayou Cobalt dari Tiongkok menandai potensi perubahan dalam rantai pasokan EV Indonesia. Namun, kenaikan royalti pertambangan dan gesekan terkait ekspor batu bara menandakan masalah regulasi dan daya saing yang semakin besar. Di dunia politik, mantan Presiden Jokowi mendapat sorotan terkait kasus ijazah palsu, sementara Presiden Prabowo memperkuat tata kelola ketenagakerjaan dan BUMN di tengah risiko lapangan kerja akibat kebijakan tariff AS. Di sektor digital, profitabilitas GoTo dan pengembangan kemitraan AI dengan Google dan Jepang menunjukkan kemajuan sektor teknologi, bahkan di tengah pengetatan pengawasan fintech. Di bidang lingkungan, Indonesia memajukan agenda energi bersihnya melalui proyek-proyek yang terkait dengan JETP dan pengajuan renewable grid, tetapi biaya ekologis dari ‘ledakan’ nikel dan risiko kebakaran hutan masih menjadi perdebatan. Di sektor regional, protes terkait pertambangan di Halmahera dan meningkatnya aktivitas pariwisata ilegal di Bali menunjukkan adanya masalah hak atas tanah, tata kelola lokal, dan keadilan ekonomi yang lebih mendalam.