Ikhtisar

Ekonomi Indonesia tumbuh 5.03% pada 2024, menunjukkan adanya stabilitas tetapi masih jauh dari target ambisius 8% Presiden Prabowo. Konsumsi yang lesu dan ketidakpastian global mempengaruhi kebijakan moneter, dan penurunan suku bunga BI kemungkinan akan kembali terjadi di 2025. Usaha restrukturisasi fiskal pemerintah mengalihkan fokus anggaran dari infrastruktur, termasuk IKN, ke program strategis. Restrukturisasi BUMN dan peluncuran Danantara—sovereign fund kedua Indonesia—menimbulkan kekhawatiran terkait tata kelola dan efisiensi. Investasi asing tetap kuat; Qatar memberikan komitmen investasi USD 20 miliar untuk perumahan dan Eramet memperluas rantai pasokan EV. Namun, perubahan kebijakan EV Trump berpotensi meningkatkan ketergantungan Indonesia pada China. Di sektor energi, Bukit Asam mencatat rekor penjualan batu bara, memperkuat dominasi sektor batu bara di tengah perdebatan energi hijau & Perjanjian Paris. Regulasi baru menghadang sektor keuangan, sementara spekulasi akuisisi GoTo oleh Grab senilai USD 7 miliar bisa mengubah lanskap ekonomi digital. Kebijakan fiskal ketat & tata kelola terpusat—termasuk pelatihan kepemimpinan bergaya militer Prabowo—menandakan konsolidasi kekuasaan yang strategis. Masuknya Indonesia ke BRICS memperluas opsi keuangan & geopolitik, sementara usaha untuk memperkuat hubungan dengan Jepang & Iran menandakan upaya diversifikasi kemitraan strategis. Prospek pasar masih cenderung beragam; kebijakan moneter, belanja infrastruktur, dan strategi transisi energi akan menjadi kunci pertumbuhan Indonesia pada 2025 dan seterusnya.