Ikhtisar

Indonesia terus membuat kemajuan dalam langkahnya untuk berintegrasi dengan ekonomi global, dengan dukungan Presiden AS Joe Biden untuk upaya Indonesia bergabung dengan OECD, sementara Presiden Prabowo Subianto menjajaki keanggotaan BRICS untuk mendiversifikasi aliansinya. Kepercayaan ekonomi domestik tetap kuat, didukung oleh minat investasi dari AS dan inisiatif berkelanjutan dari perusahaan-perusahaan seperti Pertamina. Namun, penurunan harga minyak sawit dan batu bara telah sedikit menekan pendapatan pajak, yang menunjukkan ketergantungan Indonesia terhadap pasar komoditas. Pertumbuhan penjualan eceran melambat, dan anggaran transisi 2025 menunjukkan usaha pemerintah menyeimbangkan program-program lama dengan kebijakan baru Prabowo. Pemerintah juga mendorong produksi susu lokal untuk mengurangi ketergantungan pada impor, sementara Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) akan menyelesaikan sengketa kepemimpinannya di kongres mendatang. Selain itu, Badan Pemeriksa Keuangan telah menyerukan pengelolaan subsidi yang lebih baik di badan usaha milik negara (BUMN), dan putusan Mahkamah Konstitusi baru-baru ini mendorong penyusunan ulang Undang-Undang Cipta Kerja, yang menandakan potensi reformasi untuk kebijakan ketenagakerjaan. Komitmen Indonesia terhadap energi terbarukan dan prinsip-prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) semakin menegaskan perannya dalam transisi energi global.