Highlights

• Diplomasi Tarif Strategis dan Dorongan Deregulasi: Indonesia mempercepat negosiasi dengan AS menjelang tenggat waktu tarif pada 9 Juli, dengan menawarkan paket impor senilai USD 34 miliar dan kemitraan mineral kritis, serta meluncurkan Deregulasi Paket I untuk melonggarkan pembatasan impor pada 10 barang utama, yang menandakan pergeseran menuju peningkatan daya saing dan penataan kembali industri.

 

• Danantara Muncul sebagai Penyangga Ekonomi Pasca-Jokowi: Danantara mengamankan pembiayaan USD 10 miliar, menghalangi perombakan di 52 entitas BUMN, dan memulai investasi pertama di luar negeri, memposisikan dirinya sebagai katalis negara untuk industrialisasi, meskipun masalah tata kelola masih menghantui.

 

• Tekanan Makroekonomi dan Fleksibilitas Moneter: Dengan proyeksi PDB yang direvisi menjadi 4.7-5%, pendapatan pajak yang melemah, dan defisit yang lebih luas, tekanan fiskal meningkat. Namun, inflasi yang terkendali (1.87% YoY) dan PMI yang menyusut membuka ruang bagi Bank Indonesia untuk mempertimbangkan pemangkasan suku bunga lebih lanjut pada paruh kedua 2025.

 

• Transisi Hijau dan Digital Meningkat: Indonesia mempercepat dorongan energi bersih melalui investasi IDR 25 triliun dalam proyek energi terbarukan, kebijakan terkait ESG, dan ekspansi pasar karbon, sementara juga melegalkan kontrak pintar dan penggunaan AI dalam tata kelola. Namun, kesenjangan penegakan hukum dan harmonisasi regulasi tetap menjadi tantangan utama.

 

• Ketegasan Politik dan Inovasi Regional: Presiden Prabowo memperkuat program nasional (MBG, koperasi desa, kemandirian energi) dengan pesan politik yang kuat, sementara pemerintah daerah memelopori penggunaan AI dalam penganggaran dan indeks keberlanjutan. Ketegangan muncul terkait narasi sejarah, kasus korupsi, dan reformasi pemilu.