Ikhtisar

Surplus perdagangan melebar menjadi USD 3,45 miliar, meskipun didorong oleh penurunan impor daripada kekuatan ekspor, yang menandakan melemahnya permintaan domestik dan volatilitas mata uang. Investasi pemerintah sebesar $20 miliar dalam 35 proyek nasional melalui Danantara dan realokasi anggaran menunjukkan dorongan strategis untuk infrastruktur dan program sosial. Namun, kontraksi kelas menengah, meningkatnya persaingan dari impor Tiongkok, dan pertumbuhan upah yang lambat dapat memperdalam ketimpangan ekonomi. Inisiatif hilirisasi dan energi terus berlanjut dengan proyek senilai $124 miliar, sementara sektor pertambangan menghadapi pengawasan regulasi dan lingkungan. Sementara itu, tren keuangan dan investasi menunjukkan pergeseran ke arah emas, ekspansi fintech, dan investasi ESG. Ketidakpastian politik, perdebatan disiplin fiskal, dan upaya membangun koalisi menambah kompleksitas, sementara Indonesia memperkuat hubungan internasional melalui negosiasi CEPA dan kolaborasi pertahanan. Ekonomi digital dan tenaga kerja lepas berkembang di tengah pemogokan buruh dan inovasi yang didorong AI, dengan kebijakan lingkungan yang menyeimbangkan keberlanjutan dan eksploitasi sumber daya. Ke depannya, stabilitas ekonomi akan bergantung pada kondisi global, reformasi kebijakan, dan kemampuan Indonesia untuk mempertahankan pertumbuhan yang didorong investasi sambil mengatasi kerentanan domestik.