Antara 9-13 September 2024, harga tembaga naik 1,3%, didorong oleh pelemahan dolar AS dan harapan bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunga. Kondisi ini membuat logam seperti tembaga lebih terjangkau. Pasar memperkirakan ada penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin, dan bahkan ada yang berspekulasi penurunannya bisa mencapai 50 basis poin. Jika pemotongan suku bunga benar terjadi, dampaknya bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan permintaan logam, dan memberikan tekanan lebih besar pada dolar AS.

Di sisi lain, kekurangan suplai tembaga global diperkirakan akan semakin parah, terutama karena peningkatan penggunaan kecerdasan buatan (AI) yang diprediksi akan mendorong permintaan logam hingga 72% dalam beberapa dekade mendatang. Persediaan tembaga saat ini berada di titik terendah sejak 2008, dan tambang baru membutuhkan waktu hingga 15 tahun untuk mulai berproduksi. Akibatnya, kesenjangan antara permintaan dan pasokan diperkirakan akan terus melebar.

Mengingat perkembangan ini, kami menurunkan perkiraan harga tembaga untuk tahun 2024, dari sebelumnya USD 9.500 per ton menjadi sekitar USD 9.200 per ton. Hingga saat ini, harga rata-rata tembaga berada di USD 9.109 per ton. Perlambatan ini dipengaruhi oleh potensi resesi global yang berdampak pada pertumbuhan industri. Kami juga menyesuaikan target harga untuk MDKA, saham pilihan kami di sektor ini, menjadi IDR 3.000. Meski begitu, MDKA tetap menjadi pilihan favorit berkat fasilitas smelter tembaganya di Weda Bay, Maluku, yang diperkirakan akan mulai mencetak keuntungan pada tahun 2024.