Deflasi Berlanjut Di Agustus Tingkat Suku Bunga Dapat Kembali Turun
Bulan Agustus BPS mencatat terjadi deflasi sebesar 0,05% (mom) atau 1,32% (yoy). Deflasi tersebut lebih rendah dibandingkan proyeksi kami sebesar 0,04% (mom). Inflasi Agustus juga lebih rendah dibandingkan Juli sebesar 1,54% (yoy). penurunan terhadap inflasi didorong oleh salah satunya penurunan harga kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau. Selain itu harga kelompok pengeluaran transportasi juga masih mengalami tekanan akibat penurunan tarif transportasi udara. Komponen barang bergejolak yang biasanya selalu lebih tinggi dari inflasi umum kini mengalami deflasi 1,09% (yoy).
Penurunan harga barang bergejolak kemungkinan menekan inflasi hingga akhir tahun. Kelompok harga barang bergejolak yang bisanya naik lebih tinggi dari inflasi umum kini mengalami deflasi di Agustus yang menunjukan tekanan yang cukup besar terhadap daya beli masyarakat. Penurunan harga daging ayam, bawang merah serta telur ayam kemungkinan yang menyebabkan terjadinya penurunan terhadap kelompok barang bergejolak. Pelemahan harga sembako ini menunjukan daya beli masyarakat yang cukup tertekan. Penurunan dari harga bahan makanan yang sejatinya merupakan komditas terpenting masyarakat menunjukan bahwa tekanan permintaan masih cukup tinggi di Agustus.
Deflasi Agustus sinyal bahwa ekonomi masih belum benar-benar pulih hingga Agustus. Indonesia hampir pasti resesi di triwulan ketiga 2020. Dengan deflasi yang terjadi di bulan Agustus kami yakini bahwa PDB Indonesia masih akan terkontraksi di triwulan ketiga 2020. Tekanan yang terjadi terhadap harga transportasi udara juga menunjukan bahwa sektor jasa terkait tourism juga belum benar-benar pulih dari tekanan. Kasus baru Covid-19 yang masih terus naik kemungkinan besar menjadi faktor yang masih menekan pemulihan ekonomi Indonesia di triwulan ketiga 2020.
BI berpeluang menurunkan tingkat suku bunga kembali di bulan September untuk menahan laju deflasi. Kami memperkirakan Bank Indonesia dapat menurunkan tingkat suku bunga sebesar 25 bps pada RDG BI tanggal 16-17 September 2020. Tekanan deflasi kami perkirakan masih akan terjadi hingga bulan September mengingat terus tertekannya inflasi bahan makan yang mempunyai andil yang cukup besar terhadap inflasi. Inflasi aktual kami perkirakan akan semakin jauh dari target inflasi BI sebesar 3,5% (yoy) tahun ini. Permintaan rumah tangga yang belum benar-benar pulih dilihat dari data inflasi Agustus kemungkinan juga akan menjaga surplus neraca perdagangan yang kami perkirakan masih akan terjadi di bulan Agustus sehingga menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Inflasi yang rendah memastikan real interest rate investor terhadap obligasi Indonesia masih cukup menarik sehingga berpeluang menjaga arus modal masuk ke pasar obligasi Indonesia.