A Silver Lining in 2H23
Beralih dari saham ke obligasi. Tren jual bersih di pasar saham Indonesia masih belum berubah di tahun 2023, dengan total arus keluar asing YTD mencapai IDR 5.5tn. Kami melihat investor global telah melakukan bottom-fishing di pasar yang berkinerja buruk, seperti China, Vietnam, Thailand, dan Korea Selatan, dan sebagian dari investasi mereka telah dialihkan ke obligasi Indonesia. Investor asing dan domestik tampaknya berusaha untuk melindungi keuntungan mereka dengan cara membeli obligasi pemerintah Indonesia (didorong terutama oleh keyakinan mereka terhadap prospek ekonomi makro Indonesia), yang menyebabkan obligasi pemerintah 10 tahun berdenominasi rupiah turun sebesar 30 basis poin YTD (6.7%).
Outlook yang lebih baik di 2H23. Kami masih berpendapat bahwa aliran keluar modal asing akan berlanjut hingga 2H23. Pada 2H23, kami meyakini investor asing akan mulai kembali ke pasar saham, didukung oleh membaiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia seiring dengan naiknya permintaan domestik (salah satunya pengeluaran terkait pemilu). Selain itu, kami memperkirakan bahwa The Fed dapat mengevaluasi kembali sikap hawkishnya dan melonggarkan kebijakan moneternya di awal 4Q.
Perspektif jangka panjang. Saat ini, kami melihat IHSG cukup atraktif karena diperdagangkan pada forward P/E 10.8x. Namun, valuasinya masih lebih tinggi dari beberapa indeks lain di kawasan ini, sehingga pasar membutuhkan katalis untuk re-rate. Kami yakin saham-saham dengan fundamental dan prospek laba yang kuat akan mengungguli kinerja IHSG. Top pick 12 bulan kami mencakup perusahaan yang dapat mendongkrak pertumbuhan pendapatan mereka di 2023F dan bertahan di tengah ancaman inflasi. Top pick kami adalah BBRI, BMRI, TLKM, EXCL, ICBP, RAJA, DRMA, ANTM, dan MEDC.
Saham dengan katalis jangka pendek. Meskipun IHSG secara keseluruhan masih kekurangan katalis jangka pendek, kami meyakini bahwa sejumlah saham blue chip, termasuk bank-bank besar, telah masuk kondisi “oversold” dalam beberapa minggu terakhir dan memberikan potensi keuntungan jangka pendek, karena kami yakin emiten-emiten tersebut akan melaporkan pendapatan 4Q22 yang memuaskan paling lambat di akhir Jan-23. Peristiwa lain yang mungkin memberikan katalis jangka pendek adalah rebalancing LQ45 (Feb-Juli), yang akan diumumkan minggu depan. Berdasarkan penyaringan kami, yang mencakup kapitalisasi pasar yang disesuaikan dengan free-float, nilai perdagangan harian rata-rata (ADTV), dan frekuensi perdagangan, kami memilih BUMI, BRMS, ADMR, dan ESSA sebagai calon pengisi baru LQ45, dan HMSP, MNCN, ERAA, dan WIKA sebagai kandidat terkuat untuk dikeluarkan dari LQ45. Beberapa saham lain yang menarik perhatian kami diantaranya DRMA, MEDC, HEAL, GOTO, KLBF, dan BIRD.