Euforia Piala Dunia 2022 sukses mendongkrak pangsa pemirsa prime-time SCMA di bulan November ke 38.9%, mengungguli saingan terberatnya (MNCN; 35,4%). Namun, kami berpendapat investasi SCMA sebesar IDR 636 miliar untuk hak siar Piala Dunia tidak memberikan hasil yang sepadan, mengingat perbedaan pangsa pemirsanya yang relatif tipis dengan MNCN, dan fakta bahwa SCMA berpotensi mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang tidak signifikan dan penurunan EPS di 2022. Ke depan, kami mempertahankan tesis kami bahwa SCMA tidak akan mencetak pertumbuhan pendapatan FTA yang signifikan karena banyaknya perusahaan yang memotong anggaran iklan untuk tahun ini (salah satunya karena inflasi). Kami mempertahankan rekomendasi HOLD untuk SCMA dengan TP IDR 220 (12.4x FY23F P/E).
Piala Dunia mendongkrak pangsa pemirsa… hanya untuk satu bulan. Nielsen telah merilis angka pangsa pemirsa periklanan bulanannya; MNCN kembali menjadi pemenang di Indonesia tahun ini, dengan pangsa pemirsa AT sebesar 37.7% dan pangsa pemirsa prime-time sebesar 38.8%. SCMA, di sisi lain, tertinggal dari MNCN dengan pangsa pemirsa AT sebesar 33.8% dan pangsa pemirsa prime-time sebesar 35.5%. Namun, perlu diingat SCMA berhasil mengalahkan MNCN dalam hal pangsa pemirsa prime-time di bulan November (selama Piala Dunia) (SCMA: 38.9% vs. MNCN: 35.4%). Kami yakin kondisi serupa juga terjadi di AdEx, dan SCMA mungkin membukukan AdEx yang lebih baik daripada MNCN. Namun, menurut pendapat kami, investasi SCMA sebesar Rp 636 miliar untuk hak siar Piala Dunia mungkin tidak sepadan, mengingat perbedaan pangsa pemirsanya yang relatif tipis dengan MNCN. Perlu juga diingat bahwa MAU Vidio mungkin turun drastis setelah Piala Dunia.
Preview 4Q22 dan prospek masa depan. Kami memproyeksikan SCMA akan membukukan laba bersih sebesar IDR 303 miliar pada 4Q22 (+7% YoY, +41% QoQ), dengan pendapatan iklan selama Piala Dunia dan kontribusi dari Vidio sebagai katalis pertumbuhan utama. Namun, tren tersebut mungkin tidak akan bertahan lama, karena Vidio sekarang harus kembali mengandalkan konten originalnya setelah Piala Dunia berakhir. Meskipun kami yakin Piala Dunia dapat meningkatkan angka pengguna dan pendapatan Vidio, kami memperkirakan SCMA akan membukukan pertumbuhan EPS yang negatif (IDR 1.1 triliun; -15.9% YoY) akibat penurunan pendapatan FTA. Di samping itu, pasar FTA mungkin akan melemah tahun ini, seiring dengan banyaknya perusahaan teknologi yang memangkas anggaran belanja iklan yang akan semakin menghambat prospek pertumbuhan SCMA. Kami memperkirakan bahwa pada 2023, SCMA akan membukukan pertumbuhan top-line yang cenderung flat (+8.2% YoY menjadi IDR 6.9 triliun), sementara laba bersihnya mungkin akan tumbuh cukup tinggi menjadi IDR 1.3 triliun (+18,5% YoY) didukung oleh low-base effect.
HOLD, TP IDR 220. Kami mempertahankan rekomendasi HOLD untuk SCMA dengan TP IDR 220, mencerminkan FY23F P/E sebesar 12,4x (-1.3 SD di bawah P/E 5 tahun). Risiko Utama: pertumbuhan subscriber yang lebih rendah dari perkiraan, penurunan Adex yang cukup drastis.