Highlights

• Dampak Pemilu AS terhadap Indonesia: Terpilihnya Presiden terpilih AS Donald Trump meningkatkan kemungkinan pergeseran kebijakan perdagangan, valuasi mata uang, dan arus modal. Langkah-langkah proteksionis dan ekspansi fiskal Trump dapat menyebabkan penguatan dolar AS, yang akan memengaruhi neraca perdagangan Indonesia dan mendorong arus keluar modal.

 

• Kebijakan Moneter Bank Indonesia: Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuannya di level 6%, dengan fokus pada stabilisasi rupiah di tengah ketidakpastian global, terutama setelah pemilu AS. Keputusan ini merupakan bagian dari usaha BI untuk menjaga inflasi dalam kisaran target 2.5% ±1% di tahun 2024 dan 2025 sambil mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

 

• Neraca Perdagangan dan Transaksi Berjalan: Surplus perdagangan Indonesia turun menjadi USD 2.47 miliar pada bulan Oktober, yang terkecil sejak Juni 2024, akibat lonjakan impor sebesar 17.49%, yang mencerminkan peningkatan investasi domestik tetapi juga memberikan tekanan pada neraca transaksi berjalan. Akibatnya, defisit transaksi berjalan pada Q3 melebar menjadi USD 2.15 miliar, didorong salah satunya oleh kenaikan biaya impor.

 

• Keyakinan Konsumen: Indeks keyakinan konsumen turun menjadi 121.1 pada bulan Oktober dari 123.5 di bulan sebelumnya, mengindikasikan kehati-hatian di kalangan konsumen. Tekanan inflasi dan pelemahan rupiah menekan pengeluaran rumah tangga, terutama pada barang-barang yang bersifat diskresioner.

 

• Rekor Cadangan Devisa: Cadangan devisa Indonesia mencapai rekor USD 151.2 miliar pada bulan Oktober, yang memberikan perlindungan yang kuat terhadap guncangan eksternal dan mendukung stabilitas rupiah di tengah ketidakpastian global.