Ikhtisar

Bank Indonesia melaporkan adanya kenaikan dalam indeks keyakinan konsumen ke level 125.9 di bulan November, menunjukkan adanya optimisme terkait pemulihan ekonomi. Penjualan ritel diproyeksikan tumbuh 1.7% YoY pada bulan November, didorong oleh permintaan domestik, meskipun pertumbuhan ini masih di bawah kenaikan yang biasa terjadi di akhir tahun. Menteri Koordinator Airlangga Hartarto tetap optimis Indonesia bisa mencapai pertumbuhan ekonomi 5.2% pada tahun 2025, sementara Menteri Rosan Roeslani menunjuk investasi dan hilirisasi industri sebagai hal yang penting untuk pencapaian target pertumbuhan 8%. Indonesia melakukan sejumlah upaya untuk meningkatkan perdagangan luar negeri, termasuk IEU CEPA dan perjanjian dengan investor Tiongkok dan Jepang untuk pembangunan pabrik berorientasi ekspor. Di sisi modal, ketegangan geopolitik telah menekan rupiah ke level IDR 15,850–15,920/USD, serta memicu arus keluar modal hingga IDR 5.13 triliun. Perubahan kebijakan di bawah Presiden Prabowo Subianto bertujuan untuk menjaga keuangan publik dan mengendalikan inflasi, termasuk undang-undang ketenagakerjaan yang lebih ketat dan kenaikan upah minimum sebesar 6.5%. Komitmen lingkungan, termasuk rencana penghentian penggunaan batu bara pada tahun 2040 dan inisiatif dalam pasar karbon serta pemanfaatan limbah nikel, menunjukkan ambisi ekonomi hijau Indonesia. Kemajuan infrastruktur, seperti peletakan batu pertama IKN dan peningkatan konektivitas transportasi, menjadi bukti kemajuan menuju pembangunan perkotaan yang berkelanjutan.