Highlights

• Ekonomi Tetap Kuat di Tengah Tantangan Global: Secara umum, ekonomi Indonesia masih cukup kuat saat ini, meskipun tekanan global terus meningkat di tengah ketegangan perdagangan AS-Tiongkok. Arus masuk FDI yang cukup menggembirakan (+12.7% YoY di Q1) dan surplus perdagangan yang kuat (USD 4.33 miliar di bulan Maret) sedikit mengimbangi melemahnya konsumsi domestik dan menurunnya kepercayaan konsumen.

 

• Bank Indonesia Tahan Suku Bunga: BI mempertahankan suku bunga acuan di 5.75%, demi mengelola stabilitas rupiah di tengah ketidakpastian global. Inflasi tetap rendah di 1.03%, yang memberikan ruang untuk kebijakan moneter yang akomodatif, meskipun risiko dari eskalasi tarif dan arus keluar modal tetap tinggi.

 

• ⁠Penyesuaian dan Diversifikasi Industri yang Strategis: Indonesia dengan cepat merespon kejutan di sektor kendaraan listrik (EV), mengganti LG Energy yang mundur dari proyek ‘Titan’ dengan Huayou dari Tiongkok. Sementara itu, upaya diversifikasi strategis diintensifkan melalui peningkatan hubungan perdagangan dan investasi dengan UE, Australia, Tiongkok, dan Rusia, demi mengurangi ketergantungan pada pasar AS.

 

• Masalah Tata Kelola dan Demokrasi: Presiden Prabowo mendapat sorotan terkait faksionalisme internal, skandal korupsi, dan kekhawatiran terkait kemunduran demokrasi di tengah meningkatnya pengaruh militer di wilayah sipil. Kelompok masyarakat sipil dan pengamat internasional mendesak peningkatan transparansi dan reformasi kelembagaan.

 

• Momentum Ekonomi Digital dan Ekonomi Hijau: Progres transformasi digital Indonesia ditegaskan oleh kenaikan 170% YoY dalam pembayaran digital (QRIS) dan investasi besar-besaran di sektor teknologi, termasuk proyek cloud senilai USD 1.7 miliar milik Microsoft. Sementara itu, meskipun ada kontradiksi seperti meningkatnya penggunaan batu bara, Indonesia terus memajukan agenda hijaunya melalui kolaborasi internasional, upaya integrasi pasar karbon, dan langkah-langkah perlindungan satwa liar.